Thursday, July 31, 2008

Tjong Khong Hau - Menerobos Dunia Konveksi Berbekal Kepercayaan

Menjual baju tentu saja berbeda dengan menjahit kain menjadi baju. Inilah yang dilakoni tjong khong Hau (45), mengubah haluan dengan menekuni bidang konveksi.

Berbekal pengalamannya menjajakan baju di Pasar Tanah Abang dan Mangga Dua, Jakarta, terbersit keinginan Hau memulai usaha di bidang konveksi. Sebenarnya Lie Nyet Moi, istrinya jauh-jauh hari sudah merancang usaha ini. Namun banyaknya kendala menyebabkan mereka baru merintisnya tahun 2003. Ada rumah sebagai tempat usaha dan modal uang sebesar Rp 5 juta. Berdirilah Embroidery. Uang sebesar itu digunakan untuk membeli 5 mesin jahit bekas, benang dan jarum. Kala itu, Moi, istrinya harus ikut serta menjahit. Hau mencari penjahit berpengalaman, order dan kain yang akan dijahitnya menjadi baju. Ia kembali keluar-masuk pasar mencari pemilik kain dan meyakinkan pemilik order agar menggunakan jasanya. “Saya gigih untuk meyakinkan mereka. Tentu semuanya diiringi dengan doa dan pengharapan,” katanya kepada Bahana. Usaha meyakinkan pemilik kain tidak langsung memperolah respon sesuai harapan. Dengan pendekatan yang baik dan terus-menerus akhirnya dia diberikan kesempatan. Hubungan itu berlangsung hingga sekarang. Para pemilik kain yang mengorder pakaian kepadanya puas akan kualitas jahitan Hau. Sejak itu pesanan selalu datang.


PANTANG MENOLAK JAHITAN

Memasuki tahun kedua, usahanya mengalami peningkatan. Karena semakin banyak pesanan yang datang, ia harus membeli 5 mesin jahit lagi. Jumlah karyawan pun bertambah. Hingga tahun keempat usahanya, bapak 3 anak ini sudah memiliki lebih dari 20 mesin jahit dengan penambahan tempat usaha baru. Omzet bersihnya mencapai Rp 15 juta per bulan. Perjalanan usaha Hau bukan tanpa kendala. Persaingan di dunia konveksi sangat ketat. Dibutuhkan kerja ekstra keras. Ia mencamkan dalam dirinya pantang menolak pesanan. “Pesanan jahitan belum tentu datang ketika kami sudah menyelesaikan sebuah order. Bisa saja kami tidak memperoleh pesanan jahitan dalam 1 bulan, malah pernah dalam 3 bulan kami tidak memiliki pesanan jahitan,” kenangnya. Bagi Hau, order adalah kepercayaan dari rekanan bisnisnya. Itulah yang membuatnya terus melakukan pendampingan kepada karyawannya untuk terus meningkatkan kualitas jahitan. “Saya selalu menyortir pinggiran baju yang telah selesai dijahit. Bila standarnya tidak seperti yang saya harapkan, jahitan saya bongkar dan jahit ulang,” jelas Hau. Setelah sukses dengan jahitan kain potong menjadi baju, Hau mulai melebarkan sayap usahanya dengan menerima pesanan jahitan bordir komputer. “Dengan layanan antar jemput jahitan, saya ingin memberikan kepuasan pada pemilik kain,” ujarnya.

No comments: