Tuesday, July 29, 2008

Sari Dewi Bermodal Jengah

BANYAK pelaku bisnis yang sukses karena dari awal bermodal besar. Namun, ada juga yang menjadi pengusaha sukses hanya karena bermodal rasa jengah. Dengan bermodalkan warisan dari mertua sebuah mesin jahit dan sedikit sisa order jahitan, akhirnya sekarang ini bisa menjadi penjahit yang sukses.

Bukan hanya mengambil jasa jahitan saja, tetapi berkembang ke bordiran, serta sekarang ini sedang mengembangkan tanaman ramie sebagai bahan baku kain ramie.

Putu Yustrisna Sari Dewi yang akrab dipanggil Sari Dewi ini, mengawali bisnis di garmen bermula dari pengalaman pahit, yakni bermodalkan rasa jengah, akhirnya sekarang bisa menjadi pengusaha sukses.

Sebenarnya Sari Dewi tidak memiliki latar belakang penjahit, namun sebagai perawat. Istri I Wayan Suartana yang alumni Akademi Perawat Surabaya tahun 1996 silam, pernah bekerja sebagai perawat selama 6 tahun.

Tiga tahun bekerja di RKZ (Rumah Sakit Katolik) Surabaya, kemudian tahun 1999 pindah ke Bali dan bekerja sebagai perawat di sebuah penyembuhan alternatif therapy ozon, yakni penyembuhan dengan mencampurkan O3 (O2 murni) dengan darah. Terakhir pengalaman kerja sebagai perawat di Rumah Sakit Manuaba Denpasar.

“Mengawali bisnis jahitan ini tahun 2003, berawal dari mertua ingin membantu orang miskin tetapi memiliki keterampilan menjahit. Setelah dibantu modal berupa mesin jahit dan tempat, akhirnya minggat tanpa pamit.

Kemungkinan alasannya karena banyak utang, dan orang yang memberikan order jahitan juga sudah membayar lunas, tetapi uangnya justru dibawa kabur. Karena ingin bertanggung jawab, saya langsung membeli buku teknik menjahit dan mempelajarinya.

Namun, hasilnya tidak bagus. Karena rasa jengah, akhirnya membeli kain dan mencoba membuat pakaian keluarga sendiri (belajar otodidak). Setelah bisa membuat pakaian sendiri, saya memberanikan diri membuatkan pesanan atau menyelesaikan sisa order yang ditinggalkan tukang jahit sebelumnya,” ungkap ibu dari Ni Luh Putu Diah Gitan Jali ini sambil mengakui hasil jahitan tersebut malah dipuji sang pemiliknya.

Seiring menyelesaikan sisa order, ternyata pesanan lainnya berdatangan. Dengan perasaan sudah telanjur menekuni pekerjaan sebagai tukang jahit, pesanan itu diterimanya.

Sari Dewi yang memiliki hobi musik ini, dalam melakukan pekerjaan tidak pernah mudah menyerah. Setahun menjadi tukang jahit, lantas mengembangkan usaha bordiran. Berawal dari utak-atik desain sendiri, kemudian mencari jasa tukang bordir.

Lama kelamaan sambil belajar teknik bordir sendiri, akhirnya semua ciptaan desain bordiran dapat dibuat sendiri. Dengan melibatkan beberapa tukang jahit dan bordiran, Sari Dewi sampai sekarang sudah mampu membuat bordiran sampai lima potong dan penghasilannya dalam sehari bisa mencapai Rp 1 juta.

“Terus terang saja, saya tidak bisa menjual hasil karya orang lain. Untuk itu, tiap saat harus berusaha menciptakan hasil karya. Bukan hanya mengandalkan selera pasar, terkadang pemesan datang menginginkan desain khusus, pasti saya buatkan,” katanya sambil mengenang usahanya berkembang tidak lepas dari uluran seorang ibu pejabat yang sebelumnya pernah dirawat saat menjadi perawat di therapy ozon.

Di samping itu, bantuan Pemkot Denpasar juga cukup banyak dapat membantu mengembangkan usahanya. Sekarang ini, Sari Dewi berkeinginan untuk membuat kain ramie dengan menggunakan bahan baku tanaman ramie. Dari beberapa bulan lalu sudah dikembangkan tanaman ramie di lahan seluas satu hektar. *sta

No comments: