Wednesday, January 27, 2010

Tips Sukses Berbisnis Online

KOMPAS.com - Belakangan ini, toko online makin marak. Selain lebih murah karena tak butuh banyak biaya, juga lebih mudah untuk dikunjungi pelanggan. Di bawah ini adalah beberapa langkah mudah untuk menjalankan usaha lewat internet.

1. Awali dengan hobi. Jenis usaha yang berasal dari hobi pasti terasa lebih mudah dilakukan. Anda pun tak akan merasa terbebani saat melakukannya. Selain itu, setidaknya Anda sudah memiliki pengetahuan mendasar tentang bisnis itu. Anda pun tak perlu membuang waktu untuk mempelajarinya. Paling-paling Anda hanya perlu mendalami, mengembangkan, atau mengenal tren terbaru dalam kaitannya dengan hobi itu.


2. Perdalam pengetahuan. Karena Anda akan menjalani usaha online, ada baiknya untuk menambah pengetahuan dalam menjalankan fungsi-fungsi internet. Ketahuilah penyedia-penyedia situs bebas biaya, sehingga Anda tak perlu mengeluarkan biaya untuk memiliki situs internet.

3. Kunjungi komunitas dunia maya. Ada banyak sekali komunitas dunia maya yang tersebar, seperti perkumpulan pencinta kain, penghobi makanan, dan lain-lainnya. Carilah yang sekiranya cocok dengan jenis usaha Anda. Setelah itu, lakukan promosi. Tak perlu malu-malu, Anda harus mau untuk memasarkan produk. Semakin banyak yang mengenal usaha Anda, semakin pula kemungkinan mendapatkan pembeli. Jalinlah komunikasi yang baik dengan orang-orang yang Anda temui di dunia maya tersebut sehingga tercipta kepercayaan. Ada satu hal yang mesti diingat saat berpromosi, ikutilah aturan-aturan yang berlaku dalam komunitas tersebut. Sekali melanggar, Anda bisa kena penalti.

4. Perbarui situs secara berkala. Sangat penting untuk memperbarui (update) situs. Bisa seminggu sekali atau dua minggu sekali. Jangan sampai sebulan sekali. Terlalu lama, maka calon pembeli bisa jadi tak tertarik untuk kembali mengunjungi situs Anda. Pasalnya, pengunjung harus terus mendapatkan tawaran dan informasi terbaru dari toko Anda. Update tak harus dalam bentuk besar-besaran. Hanya dengan menambahkan satu jenis barang baru saja sudah cukup. Setiap perubahan dalam hal detail kontak, harga, pembayaran, dan pengantaran barang mesti diinformasikan dalam situs.

5. Miliki cukup produk dan cicil foto barang. Tidak apa-apa bila memulai usaha dengan jumlah barang yang tidak terlalu banyak, namun pastikan bahwa jumlahnya cukup, setidaknya untuk 6 kali update. Sebaiknya Anda tidak menampilkan semua produk sekaligus. Disimpan agar Anda bisa terus meng-update. Cicillah foto barang-barang itu sedikit demi sedikit. Di waktu senggang, carilah produk atau kreasi baru.

6. Kreatiflah dengan foto. Karena calon pembeli tidak bisa melihat langsung barang yang Anda tawarkan, siasati hal ini dengan menampilkan foto-foto produk. Calon pembeli tidak akan terpuaskan keingintahuannya atau ia malah jadi tidak tertarik karena menganggap barangnya biasa-biasa saja. Fotolah produk dari berbagai sudut dan jarak. Sediakan versi umum dan mendetailnya supaya calon pembeli bisa mengetahui dengan pasti rupa barangnya. Hiasan yang menarik akan menambah nilai jual barang tersebut.

7. Miliki nilai plus. Anda boleh saja menjual pakaian sama seperti perempuan lain, tapi tentu usaha Anda jadi tak ada istimewanya, kan? Kalau Anda menjual pakaian khusus berukuran besar dengan motif-motif unik yang bisa membuat pemakai terlihat superlangsing dan mengantarnya ke rumah pembeli, baru bisa dikatakan usaha Anda berbeda dari kebanyakan. Temukanlah keunikan dalam setiap jenis usaha yang Anda jalankan. Pelayanan yang memuaskan juga bisa dijadikan nilai plus.

Read More......

Friday, January 15, 2010

Etika Berkirim E-mail Bisnis

KOMPAS.com - Selain pembawaan diri dan penampilan, ternyata cara seseorang menuliskan e-mail bisa mengungkap kepribadiannya. Berikut adalah beberapa panduan mengenai penulisan e-mail untuk membuat Anda tetap terlihat profesional.

1. Kirimkan konfirmasi follow-up
Jika Anda dan rekan kerja atau bos baru saja selesai menyepakati suatu keputusan secara langsung, namun tak ada notulen, segeralah menuliskan hasilnya dalam surat elektronik untuk segera dikirimkan kepada orang tersebut. Ini penting untuk mencegah kesalahpahaman, ketidaksetujuan, dan kelupaan. Mengkonfirmasi keputusan dalam bentuk tulisan memastikan setiap orang memiliki kesamaan dan memastikan segalanya terbahas untuk mencegah kesalahan di masa mendatang.

2. Mengedit diri sendiri
Untuk surat-surat penting, selalu pastikan Anda mengecek ulang untuk kesalahan pengetikan setidaknya sekali sebelum dikirimkan. Untuk hasil yang lebih pasti, sebelum dikirim, coba cetak dalam bentuk kertas, kemudian baca kembali. Kritislah pada tulisan Anda sendiri. Apakah ada salah huruf, salah penggunaan kalimat, hingga kemungkinan terjadinya salah paham.

3. Pikir sebelum mengirim
Ada sebagian orang yang seringkali tersulut emosi saat akan menjawab e-mail yang kontroversial atau berpotensi memicu adu mulut. Anda tentu masih ingat kasus Prita Mulyasari dan Luna Maya, kan? Mereka menuliskan komentar dalam bentuk yang kurang mengenakkan bagi pihak lain sehingga akhirnya berujung tidak menyenangkan. Jika Anda akan membalas surat elektronik yang berpotensi memicu kemarahan, cobalah untuk menuliskan apa yang ingin Anda katakan, setelah selesai, jangan dulu dikirim. Biarkan tulisan itu hingga satu jam, sementara Anda melakukan hal lain yang jauh dari komputer. Setelah satu jam, baca kembali surat Anda. Perkirakan dan tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah jawaban yang Anda tuliskan itu cukup profesional, produktif, tidak merugikan siapa pun, dan memberikan manfaat untuk orang lain? Jika ya, silakan kirim. Jika tidak, segera klik tombol delete.

4. Hormati BCC
BCC, kolom yang ada di bawah alamat e-mail tujuan merupakan singkatan dari blind carbon copy. Artinya, ketika Anda menuliskan alamat tujuan di bagian tersebut, maka alamat tersebut tak akan terlihat di e-mail si penerima. Ketika Anda menerima e-mail dari orang lain, dan alamat e-mail Anda tidak terlihat di daftar kiriman, ini berarti bahwa si pengirim tidak ingin ada orang lain mengetahui bahwa Anda mendapatkan e-mail tersebut. Sayangnya, banyak orang merespon e-mail dengan cepat, sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang disembunyikan keterlibatannya. Untuk melindungi diri Anda dan si pengirim, jangan merespon surat yang dikirimkan kepada Anda dalam bentuk BCC. Dan selalu pastikan bahwa keterlibatan Anda sudah diketahui secara publik sebelum merespon pada e-mail grup.

5. Perhitungkan kesopanan dalam mengirimkan respon apa pun
Untuk surat-surat yang penting, akan sangat diharapkan balasan. Ketika Anda menerima surat penting, dan si pengirim pun meminta konfirmasi, kirimkanlah surat pemberitahuan bahwa Anda sudah menerima surat tersebut. Namun, ini bukan berarti bahwa setiap surat yang Anda terima dari rekan kerja harus Anda balas. Rekan kerja Anda juga akan kesal jika inbox e-mail-nya hanya berisi surat konfirmasi bahwa Anda sudah menerima e-mail darinya. Andalah yang lebih tahu, respon apa dan kapan diperlukan.

6. Jangan melibatkan emosi
Tempat kerja adalah tempat untuk berbisnis. Seharusnya isi e-mail yang tentang pekerjaan, sifatnya profesional dan resmi. Ingatlah, bahwa beberapa perusahaan memiliki kebijaksanaan untuk memonitor e-mail yang dikirim dan terkirim.

7. Jangan terbiasa menggunakan fitur "reply all"
Satu-satunya alasan tepat untuk membalas rantai e-mail ke seluruh orang yang dikirimkan (thread) adalah karena Anda memiliki informasi yang ingin dikirimkan kepada seluruh anggota grup tersebut. Tak jarang orang yang mengirimkan balasan dengan fitur reply all, tidak memiliki pesan terlalu penting untuk semua orang. Biasanya kepentingannya hanya kepada si pengirim pertama. Nah, orang-orang lain harus mendapati inbox e-mailnya penuh pesan-pesan tak penting untuknya akan merasa terganggu. Lebih parahnya lagi, kebiasaan menggunakan fitur ini rawan membeberkan informasi yang seharusnya tak diketahui pihak lain. Biasakan untuk hanya membalas surat elektronik berantai kepada si pengirim pertama saja.

8. Jangan mengirimkan e-mail pribadi lewat akun bisnis
Perusahaan Anda memiliki hak untuk membaca segala bentuk komunikasi yang terjadi melalui kanalnya. Ini berarti, segala e-mail yang berisi ekspresi cinta, keluhan kepada bos, atau segala hal yang personal sebaiknya dilakukan melalui akun pribadi saja. Plus, Anda bisa dinilai sebagai orang yang malas jika ada rekan kerja yang menilai Anda sedang melakukan kegiatan pribadi di jam kerja.

9. Jangan mengkomunikasikan segalanya dalam bentuk tulisan
Seringkali, kita, manusia urban bergantung pada fasilitas elektronik, sehingga membatasi interaksi sosial. Sesekali, cobalah untuk menyiapkan waktu untuk berdiskusi dengan rekan kerja Anda secara langsung.

Read More......

Thursday, January 14, 2010

Tailor Rumahan yang Kian Terjepit

Mendung seakan belum sirna bagi para penjahit seperti Deni (36). Pemilik Rees Tailor di Jalan KS Tubun, Petamburan, Jakarta Pusat, itu masih harus berhemat lantaran aneka jenis harga barang naik, sementara ongkos jahit tidak bisa dinaikkan. ”Sudah dua tahun terakhir, ongkos jahit tidak naik. Ya, bagaimana mau menaikkan ongkos, wong dengan ongkos yang ada sekarang saja sudah banyak pelanggan yang kabur,” kata Deni.

Pria yang sudah menjadi penjahit sejak tahun 1997 itu memungut Rp 75.000 untuk ongkos menjahit celana panjang, Rp 70.000 untuk kemeja, dan Rp 750.000 untuk jas. Biaya itu belum termasuk harga kain yang akan dijahit. Dengan kondisi itu, produk jahitan dari penjahit Deni harus bersaing dengan pakaian jadi produk industri besar yang harganya semakin murah.

Apalagi kalau harus diadu dengan harga jual pakaian jadi dari mancanegara yang kini kian menyesaki pasar di dalam negeri. Produk yang masuk itu bukan hanya pakaian baru berharga murah, tetapi juga pakaian bekas impor yang terus membanjiri sejumlah pasar hingga pusat perbelanjaan di Jakarta.

Radius 3 kilometer dari tempat Deni menerima order menjahit pakaian, misalnya, ribuan kemeja batik dijual dengan harga Rp 35.000 per potong. Di pasar swalayan serba ada, sepotong celana panjang dibanderol Rp 65.000. Sementara itu, jas bekas dari Jepang, China, atau Korea yang dijual di pasar bisa diperoleh cukup dengan harga Rp 150.000 dengan kondisi yang cukup baik. Apabila dibandingkan dengan jas jahitan Deni, produk jahitan yang dihasilkan penjahit rumahan itu menjadi terasa sangat mahal.

Kini, pakaian jadi yang murah meriah juga merambah pakaian pesta. Syafi’i (59), pemilik Victoria Tailor di Jalan Kebon Kacang VI, Tanah Abang, merasakan tekanan itu. Kini hanya dengan 400.000 sudah bisa membeli pakaian kebaya yang sudah jadi. ”Padahal, kalau menjahitkan ke saya, ongkosnya saja sudah Rp 750.000. Itu belum termasuk harga kain.”

Kian murahnya produk garmen di pasar membuat order yang diterima Syafi’i kian berkurang. Padahal, pangsa pasar pakaian perempuan lebih lapang bila dibandingkan pasar untuk pakaian laki-laki.

Oleh sebab itu, langganan yang pergi bukan lagi hal aneh bagi mereka. Begitupun ketika langganan yang biasa menjahitkan baju dalam jumlah besar, kemudian mengurangi pesanan mereka. Biasanya mereka bisa mendapatkan pesanan 3-5 jahitan celana dalam sepekan, kini jauh di bawah itu.

Bertahan

Kini para penjahit terpaksa mengencangkan ikat pinggang. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan pelbagai jenis pengeluaran. Pengurangan jumlah tenaga kerja hingga penyempitan ruang kerja sudah dilakukan. Deni, misalnya, sejak tahun 2005 telah menyekat rumah yang dijadikan tempat usaha menjahit tinggal menjadi seperempat ruang. Tiga perempat bagian lainnya dikontrakkan kepada pengusaha konfeksi tas.

”Sebelum 2005, saya punya empat tukang jahit. Sekarang, tinggal satu penjahit. Itu pun kadang kala kami harus menganggur karena tidak ada order sama sekali,” ucap Deni.

Syafi’i juga memangkas jumlah penjahitnya dari 17 orang tinggal menjadi satu orang. Hal yang sama juga dilakukan Lusi, salah seorang penjahit di Kelurahan Jati Bunder. Lusi terpaksa merumahkan tiga tukang jahitnya. ”Sekarang, tinggal saya dan suami yang menjahit.”

Banyak alasan mereka harus merumahkan pekerjanya. Salah satunya adalah beratnya bersaing dengan para pelaku industri. Dalam hal upah jahit, misalnya, pelaku industri hanya mengupah pekerjanya Rp 2.000-Rp 3.000 per potong pakaian. Sementara industri rumahan seperti Deni harus membayar Rp 25.000 per potong pakaian.

Belum lagi bila bicara tentang harga benang, kancing, atau retsleting yang harganya terus naik dari waktu ke waktu. Biaya produksi yang harus dibayar penjahit rumahan jauh lebih mahal dibandingkan pabrikan. Dengan demikian, bagi mereka, untuk bersaing dengan produk garmen, rumahan kian berat.

Sempat terlintas di benak para penjahit itu untuk mengubah usaha mereka dari penjahit menjadi pengusaha konfeksi, tetapi mereka terbentur dengan modal dan upaya pemasaran produk konfeksi.

Akhirnya, penjahit seperti Deni, Syafi’i, dan Lusi hanya bisa bertahan di tengah gempuran pakaian jadi dengan kondisi seperti saat ini. Satu-satunya andalan para penjahit untuk bertarung di pasar pakaian yang semakin padat ini adalah kerapian jahitan serta kenyamanan pakaian yang dikenakan.

Inilah nasib para penjahit di era pasar bebas. Mereka hidup tanpa perlindungan sama sekali di rimba yang berslogankan ”Yang Kuat, Yang Menang” meskipun mereka berpeluang untuk menciptakan lapangan kerja yang mandiri. (ART)

Read More......

Marni, Menyulam Modal Rp 50.000 jadi Ratusan Juta

KOMPAS.com - Manusia berhak mengubah nasib masing-masing. Jalan menyulam dipilih Marni Nazarudin (39) pada 2005 dan mengantarkan dirinya menjadi perajin sulaman usus, kerajinan kain khas Lampung, yang terbilang sukses.

Perkenalan Marni dengan sulaman usus dalam bentuk kebaya terjadi tahun 1998. Saat itu ia bekerja di bagian desain kain tapis atau kain khas Lampung dan bordir di galeri dan butik milik Aan Ibrahim, desainer asal Lampung. ”Waktu itu saya hanya tahu soal sulaman usus, belum bersentuhan langsung,” ujar Marni.

Keterlibatan Marni yang sesungguhnya terjadi pada akhir tahun 2005. Sejak tahun 2003 suaminya tidak lagi bekerja di sebuah bank swasta. Ia sendiri sudah berhenti bekerja sejak akhir tahun 1998. Marni lantas mencari tambahan penghasilan dengan membuka warung makanan. Namun, usaha itu tidak menghasilkan. Kondisi keuangan keluarga kian terpuruk.

Pilihan membuat sulaman usus diambil ketika perempuan berasal dari Kebumen, Jawa Tengah, itu menyadari, ia punya keterampilan membuat rancangan baju atau gaun berbahan sulaman usus. Dengan modal Rp 50.000, ia membeli 2 meter kain dan menjadikannya bolero atau baju atasan berbentuk rompi. ”Kain yang saya beli itu saya potong, jahit, dan saya jadikan sulaman usus, yang pada akhirnya saya bentuk menjadi bolero,” ujar Marni, ibu dari Dinni Citra N (16) dan Nabilla Zahara (11).

Baju kreasinya itu laku Rp 300.000. Marni pun giat membuat rancangan baju lain dari sulaman usus dan menjualnya.

Pada akhir tahun 2005 rancangan baju Marni memenangi juara pertama lomba desain baju kasual berbahan sulaman usus yang diselenggarakan Dewan Kerajinan Nasional Lampung. Marni pun berpartisipasi pada International Handicraft Trade Fair atau Inacraft di Jakarta tahun 2006.

Kepada pengunjung stannya, Marni menjelaskan, sulaman usus merupakan sulaman khas Lampung. Awalnya, sulaman usus hanya sebagai bebe atau kain penutup dada pada baju pengantin perempuan adat Lampung. Sulaman usus kemudian dikreasikan sebagai baju, kebaya, atau gaun.

Sulaman usus dibuat dari kain, biasanya kain satin atau sutra. Kain dibentuk segitiga dan dengan mesin dipotong memanjang seperti lembaran pita. Lembaran pita itu dijahit sisi kanan kirinya dan dibalik dengan menggunakan lidi.

Setelah dirapikan, lembaran pita berubah bentuk menjadi seperti pipa-pipa pipih panjang menyerupai usus ayam. Muncullah istilah sulaman usus. Untuk membuat kebaya, gaun, atau baju, perajin akan menempelkan pita-pita usus ke pola baju, kebaya, atau gaun yang sudah dibuat dengan cara menjahit.

Di pola tersebut perajin lantas merajut pita-pita usus dengan benang nilon dan menyulam aneka motif. Bahan kain yang lembut dan jatuh memungkinkan pembentukan motif-motif tersebut.

Berkat produk yang rapi dan menarik, kreativitas Marni di Inacraft 2006 dilirik Gobin Dram Ghurbani, pemilik toko tekstil dan butik Apique Silk Route di Jalan Mayestik, Kebayoran, Jakarta. Mr Gobin pun menjadi bapak angkat bagi Marni yang menamakan produksi gaun, kebaya, dan baju sulaman ususnya Nabilla. ”Mr Gobin menyediakan kain sutra yang saya butuhkan. Terkadang Mr Gobin mengirim desain baju atau gaun dan saya yang membuatnya dari bahan sulaman usus,” ujar Marni.

Mr Gobin pula yang menyemangati Marni untuk maju. ”Bayangkan, beliau datang ke rumah saya tahun 2006 yang saat itu masih gedek. Melihat kondisi saya, beliau menyemangati, saya harus bisa maju dalam dua tahun,” ujar Marni.

Lewat Mr Gobin, rancangan Marni mulai dikenal pasar luar negeri, seperti Singapura dan India. Peluang ini membuat Marni terpacu berkarya. Jumlah pemesan terus meningkat.

Marni pun mulai memberdayakan warga kampung tetangganya yang umumnya berpenghasilan rendah. Apalagi, produk Marni banyak dikerjakan secara nonmesin sehingga waktu produksi yang lama diatasi dengan memperbanyak tenaga kerja.

Untuk membuat satu kebaya dibutuhkan waktu satu sampai satu setengah bulan. Sementara baju-baju kasual membutuhkan waktu pembuatan satu minggu.

Oleh karena itu, Marni dan suaminya, Nazarudin (42), pun melatih ibu-ibu di kampungnya di Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Satu kelompok di setiap desa khusus membuat pita-pita usus, kelompok lain khusus menempel pita-pita usus, ada kelompok lain desa lain yang khusus menyulam.

Saat ini ada 87 ibu rumah tangga yang ikut bekerja dalam usaha sulaman usus Marni. Aktivitas ini bisa membantu menambah penghasilan keluarga di satu sisi dan mempercepat proses produksinya di sisi lain.

Usaha Marni tidak lepas dari bantuan permodalan dari PT Pos Indonesia sebesar Rp 40 juta tahun 2007. Modal tersebut dengan cepat dia lunasi. Marni selanjutnya menjadi mitra binaan PT Perkebunan Nusantara VII melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Ia mendapat pinjaman lunak sebesar Rp 15 juta dan Rp 40 juta selama tahun 2007-2008. ”Saya lunasi tepat waktu,” ujar Marni.

Sejak tahun 2005 hingga kini Marni menghasilkan 200-an rancangan desain. Sulaman ususnya juga tidak hanya kebaya, gaun malam, ataupun baju kasual. Karya Marni muncul juga dalam bentuk tank top atau baju atasan seperti singlet bertali tipis, peci, hingga taplak meja dan sarung bantal.

Kisah pengembangan rancangan produk, menurut Marni, cukup unik. Setelah kenal Mr Gobin, artis Vicky Burki dan Ria Irawan datang ke outlet milik Marni, meminta dibuatkan tank top dari bahan sulaman usus.

Rancangan produk tank top tersebut kini sangat disukai di Bali dan Singapura. Sementara rancangan kebaya atau gaun malam disukai di Kalimantan. Tahun 2010 Marni berencana membuka dua outlet baru, di Bali dan Kalimantan.

Marni sudah punya outlet di Lampung. Dia juga bekerja sama dengan butik Mr Gobin di Jakarta dan Pands’ Collection di Semarang, Jawa Tengah. Apabila konsumen Jakarta menyukai rancangan kebaya, gaun, dan baju kasual, konsumen di Semarang menyukai peci dan terkadang kebaya sulaman usus.

Sebagai produk buatan tangan dan dirancang satu desain untuk satu pembeli, Marni mematok harga sesuai dengan upaya produksi. Ia mematok harga satu juta hingga dua juta rupiah untuk kebaya, gaun malam, ataupun baju kasual. Peci sulaman usus per satuan dijual Rp 75.000-Rp 80.000. Produk tank top Rp 400.000 per potong.

Marni pun kini terus mengucap syukur. Omzet Marni yang semula Rp 17 juta kini mencapai Rp 100 juta per bulan. Rumah Marni sudah megah.

Marni kini tertantang agar bisa menghasilkan baju atau gaun dengan sulaman usus tidak hanya terbuat dari satin atau sutra polos, tetapi juga dari bahan lain. Marni tetap optimistis karya barunya itu bisa ia hadirkan pada ajang Inacraft 2010.

Read More......

Trik Mempopulerkan Rumah Makan Anda


KOMPAS.com - Melakukan riset dan persiapan matang sebelum membangun bisnis memang penting. Namun menghabiskan waktu berlama-lama dengan melakukan riset, membuat perhitungan keuangan, mencari lokasi paling tepat, juga akan membuat bisnis tak juga terealisasi. Hal ini juga berlaku saat Anda berniat membangun bisnis kuliner.

Simak pengalaman "Rangga Umara (30), selama tiga tahun membangun 14 cabang Pecel Lele Lela, rumah makan yang berusaha "mengangkat derajat" pecel lele.

"Segera mulai, dan belajar dari kekurangan, kesalahan, lalu fokus menjadi nomor satu atau setidaknya menjadi yang terbaik. Bisnis tidak akan bisa mulai jika berlama-lama dengan riset," tegas Rangga pada Kompas Female.


Apa saja yang harus diperhatikan dalam membangun bisnis kuliner? Pria yang mengembangkan rumah makan Pecel Lele Lela dalam hitungan bulan ini membagi konsep empat kuadran makanan yang menjadi kunci suksesnya:

1. Common
Cari pasar yang sudah ada, karena mencoba membangun pasar baru membutuhkan biaya yang lebih besar. Dengan demikian, investasi akan lebih aman. Konsumen juga memutuskan mencari tempat makan yang sudah mereka kenali jenis dan rasanya. Spesialisasi pun harus diperhatikan untuk menjadi nilai jualnya. Jika mencoba menjual sesuatu yang berbeda dari yang biasa (common), jangan heran jika kemudian konsumen meragu, dan rumah makan sepi pengunjung.

2. Sense
Makanan enak sangat ampuh menarik pengunjung. Strategi yang bisa digunakan dalam rangka memancing selera makan adalah memberikan sense kepada pengunjung. Misalnya, biarkan aroma hidangan saat dimasak tercium pengunjung. Display makanan juga memberi pengaruh besar. Caranya, pajang logo atau foto menu yang menggugah selera. Jangan menyepelekan kekuatan word of mouth. Pengunjung yang puas dengan layanan Anda, akan memberikan promosi gratis lewat perbincangan dengan orang lain. Kemudian, usahakan agar restoran selalu terlihat ramai, karena 70% konsumen akan memilih tempat yang ramai untuk makan.

3. Price
Saat selera makan pengunjung sudah tergugah berkat menu dan aroma makanannya, saatnya memancing dengan harga. Bantu pengunjung untuk memilih makanan, apalagi jika menu tersebut mampu menarik mata. Setelah itu, harga menjadi pertimbangannya. Pasang harga dengan tulisan besar di spanduk utama di depan rumah makan, agar pengunjung bisa mengukur isi kantongnya sekaligus menentukan dimana mereka makan.

4. Destination
Pastikan konsumen sudah memilih rumah makan sejak meninggalkan rumah. Artinya, dalam pikirannya sudah ada nama rumah makan Anda ketika memutuskan makan di luar. Ini bisa terjadi jika nama dan merek rumah makan sudah populer di kalangan penikmat makanan. Logo yang menarik atau apa pun yang menjadi daya tarik harus diciptakan. Tentu saja popularitas bisa datang dari mana saja, termasuk media. "Tren sudah bergeser saat ini, konsumen tak mencari sekadar enak tetapi juga eye catching," kata Rangga.

Read More......