Monday, January 21, 2008

Menjadi Kaya atau Sejahtera?

Menjadi Kaya atau Sejahtera?
Minggu, 20 januari 2008 | 10:47 WIBtes

Elvyn G Masassya praktisi keuangan

Menjadi kaya atau sejahtera? Sebagian dari Anda mungkin akan bertanya apa bedanya kaya dari sejahtera? Boleh jadi Anda akan beranggapan hakikat kaya dan sejahtera sama saja. Hidup senang, bisa beli apa saja. Tidak kekurangan uang dan lain sebagainya.

Apa benar demikian? Ternyata tidak. Kaya dan sejahtera adalah dua kondisi yang sangat berbeda. Kaya belum tentu sejahtera dan sejahtera juga belum tentu sangat kaya.

Secara umum, kaya adalah tatkala Anda memiliki banyak aset, misalnya rumah yang Anda tempati besar, mobil Anda banyak, dan penampilan Anda modis atau gaya. Akan tetapi, apa benar Anda kaya?

Kaya sebenarnya bukan semata-mata dilihat dari jumlah aset yang dimiliki, tetapi harus dikurangkan dulu dengan kewajiban utang sebab bisa saja rumah besar yang Anda miliki sebenarnya dibiayai oleh utang. Demikian juga dengan mobil-mobil Anda.

Jadi, untuk melihat apakah Anda kaya atau tidak, jumlah aset Anda mesti dilihat secara neto. Katakanlah, Anda memiliki aset tetap (berupa tanah, rumah, dan kendaraan) sejumlah Rp 1 miliar. Lalu, Anda juga memiliki tabungan dan deposito, umpamakan senilai Rp 200 juta. Total aset Anda Rp 1,2 miliar. Berapa utang Anda? Sebut saja Rp 800 juta. Jadi, kekayaan Anda sebenarnya Rp 400 juta.

Dengan kekayaan Rp 400 juta itu, apakah Anda sejahtera? Belum tentu. Makna sejahtera sesungguhnya adalah ketika Anda tidak perlu bekerja, tetapi segala kebutuhan keuangan Anda bisa terpenuhi dari aset (produktif) Anda.

Apabila saat ini Anda masih bekerja dan menumpukan biaya hidup dari gaji, sebenarnya Anda belum tergolong sejahtera. Anda belum merdeka secara finansial sebab, bila Anda kehilangan pekerjaan, kondisi keuangan akan terganggu. Dengan kata lain, Anda baru tergolong kalangan kaya. Belum tergolong sejahtera.

Benar bahwa aset produktif Anda, apakah itu deposito, saham, reksadana, atau aset lain, memberi penghasilan yang disebut penghasilan pasif. Pertanyaannya, berapa persen kebutuhan Anda bisa dibiayai penghasilan pasif Anda?

Jika kebutuhan sehari-hari masih ditopang penghasilan karena pekerjaan Anda, tetap saja Anda belum tergolong sejahtera. Artinya, Anda belum merdeka secara finansial.

Menjadi merdeka

Lalu, apakah untuk merdeka secara keuangan Anda mesti terlebih dahulu menjadi sangat kaya, memiliki banyak aset produktif? Tidak juga. Kemerdekaan keuangan atau sejahtera hakikatnya tidak bergantung pada seberapa besar aset Anda, melainkan seberapa besar kebutuhan Anda yang bisa dibiayai oleh penghasilan pasif.

Katakanlah Anda memiliki aset produktif sebesar Rp 400 juta dan umpamakan dari aset itu Anda memperoleh pendapatan 10 persen per tahun atau Rp 40 juta. Dengan kata lain, penghasilan pasif Anda sekitar Rp 3,3 juta per bulan. Lantas berapa kebutuhan pengeluaran Anda per bulan? Jika lebih besar dari Rp 3,3 juta, Anda belum sejahtera. Namun, jika lebih kecil dari itu, Anda sudah bisa disebut sejahtera.

Kesimpulannya, sejahtera sebenarnya tidak berarti mesti sangat kaya. Sepanjang kebutuhan pengeluaran bisa dibiayai pendapatan pasif, kemerdekaan finansial merupakan milik Anda.

Kaya atau sejahtera?

Pertanyaannya, sebaiknya Anda menjadi kaya atau sejahtera? Jika dilihat dari sisi ”derajat”, kesejahteraan jelas lebih tinggi ketimbang kekayaan. Kendati ukurannya relatif, tetapi nasib dan tujuan hidup Anda tidak bergantung pada orang lain.

Terserah orang mau bilang apa, sepanjang Anda menikmati hidup dan merasa sejahtera, walaupun mungkin tidak kaya di mata orang lain, toh tidak masalah.

Bagaimana menjadi sejahtera? Kembali kepada diri Anda masing-masing. Apa ukuran Anda tentang kesejahteraan? Apakah semata-mata dalam konteks finansial atau termasuk gengsi di dalamnya? Ini menjadi sangat berbeda.

Jika hanya dalam konteks finansial, menjadi sejahtera sebenarnya bukan mimpi dan tidak terlalu sulit. Umpama saja Anda pensiunan suatu perusahaan. Toh memang Anda tidak bekerja lagi, lalu bagaimana supaya sejahtera?

Cek kembali aset produktif dan kebutuhan rutin Anda. Jika ternyata Anda bisa menyesuaikan kebutuhan rutin dengan kemampuan penghasilan dari aset produktif ataupun honor pensiun Anda, maka Anda sudah sejahtera.

Jika belum, mungkin Anda perlu mengkaji ulang kebutuhan Anda, misalnya biaya konsumsi yang mahal, biaya perawatan rumah, dan kendaraan. Kenapa Anda tak berpikir menjual sebagian aset tidak produktif dan memindahkannya ke aset produktif? Bahkan, jika perlu, pindah ke lain kota. Beli rumah yang lebih murah. Implikasinya, biaya perawatan rumah dan biaya konsumsi jelas menjadi lebih kecil. Ini akan membuat Anda bisa menjadi lebih sejahtera.

Itu satu cara. Cara lain adalah dengan berinvestasi atau menjadi pemilik usaha bersama pihak lain. Jika Anda memiliki tabungan, deposito, atau aset tidak produktif, tanamkan sebagian dana tersebut sebagai saham suatu bisnis. Anda menjadi pemilik. Anda tidak perlu bekerja, tetapi menjadi pemodal. Pada gilirannya Anda akan memperoleh pendapatan rutin dan otomatis menjadi sejahtera.

Ringkasnya, apa pun yang Anda lakukan bertalian dengan pengelolaan keuangan pada akhirnya mesti mengarah kepada pencapaian kesejahteraan dengan ukuran masing-masing dan bukan sekadar menjadi kaya. Selamat mencoba.

No comments: