Tuesday, January 22, 2008

Jiwa Bisnis yang Melekat

Lies R Lubis
Jiwa Bisnis yang Melekat

Butuh teknik dan strategi untuk menjual busana Muslim. Antara lain harga pas dan harus dicoba sebelum terjual. Sejak kecil jiwa bisnisnya sudah mulai tumbuh. Setiap pulang sekolah, Lies R Lubis selalu memanfaatkan waktunya membantu menjaga warung milik orangtuanya. Bahkan, saat menjadi mahasiswa ia juga biasa berbisnis kecil-kecilan. ''Saya biasa menawarkan busana Muslim atau mukena untuk dijual pada teman dan dosen,'' ujarnya. Setelah meraih gelar sarjana ekonomi, Lies kemudian melanjut studinya ke S-2. Saat menjalani kuliah pascasarjana itu, ia menangkap ada sebuah peluang bisnis yang menjanjikan.

Bisnis yang dinilainya menjanjikan itu adalah usaha busana Muslim. ''Waktu itu sangat jarang ada outlet yang menjual busana Muslim,'' tuturnya. Dengan tekad dan modal seadanya, wanita ini pun mencoba membuka gerai busana Muslim di sekitar rumahnya. ''Kebetulan rumah saya kan di pinggir jalan, kemudian saya menyulapnya jadi outlet,'' paparnya. Bisnis busana muslim itu digelutinya mulai 1999. Ruangan berukuran 4x4 meter persegi itu ditatanya menjadi sebuah gerai busana Muslim mungil dengan nama Salsabila.

Lies mengaku bisnis busana muslim yang ditekuninya tak padat modal. ''Waktu itu modal saya hanya Rp 10 juta, itu pun uang dari tabungan saya hasil bisnis membuat kue,'' ungkapnya. Dengan modal seadanya itulah, ia kemudian mengisi outlet-nya dengan busana Muslim yang didatangkan dari tiga rekanannya. Di outlet itu, Lies menjual beragam jenis busana Muslim, kerudung, mukena, sajadah hingga perlengkapan busana lainnya.

Tak merancang sendiri
''Saya ini usahanya masih kecil-kecilan,'' papar Lies. Sebenarnya, ia juga memiliki obsesi untuk merancang dan menjahit sendiri busana Muslim. Namun, sambungnya, akibat keterbatasan modal rencana itu hingga kini belum bisa diwujudkan. ''Soalnya, saya nggak mau pinjam uang ke bank.''

Dengan tekad dan keuletannya, outlet busana Muslim milik Lies perlahan tapi pasti terus berkembang. Pada 2003, bisnis yang ditekuninya itu sempat booming. Sebab, saat itu memang outlet busana Muslim masih terbilang sedikit. ''Waktu itu, sehari bisa dapat omzet Rp 5 juta,'' ujarnya. Kini persaingan bisnis busana muslim dirasanya semakin ketat. Di sepanjang jalan Pamulang, Kabupaten Tangerang, tempatnya membuka usaha, kini banyak bermunculan showroom yang menjual busana Muslim.

Selain itu, Lies menambahkan, kini juga banyak bermunculan ITC (International Trade Centre) atau mal yang juga menyediakan busana Muslim. ''Alhamdulillah, masih ada saja pelanggan yang tetap datang dan membeli busana Muslim di sini,'' imbuh ibu satu anak ini.

Busana Muslim yang dijual di outlet-nya ditujukan untuk pangsa pasar kelas menengah ke bawah. ''Istimewanya para pelanggan saya justru berasal dari daerah yang jauh,'' kata Lies. Ini yang juga membuatnya terdorong untuk terus berbisnis busana Muslim kendati persaingan kian mengetat.

Wanita yang semasa kuliah senang naik gunung ini, mengaku memiliki kiat khusus agar pelanggan tak kecewa berbelanja di outlet-nya. ''Saya selalu mematok harga pas agar pembeli tak kecele dan tak perlu menawar. Saya juga selalu menyarankan agar pembeli mencoba busana yang akan dibelinya hingga benar-benar merasa cocok,'' paparnya.

Bisnis Lies berkembang lewat pemasaran dari mulut ke mulut. ''Mereka tahu Salsabila dari mulut ke mulut. Karena saya nggak pernah promosi resmi,'' ungkapnya. Padahal, sambung Lies, bisnis busana Muslim tersebut benar-benar sebagai lahan untuk mencari pendapatan.

Seorang diri
Yang istimewa, Lies menekuni bisnis tersebut seorang diri. Setiap pekan, ia memilih atau belanja busana Muslim untuk outlet-nya. Setelah itu, pakaian tersebut disortirnya agar benar-benar berkualitas dan tak mengecewakan pembeli. Selain itu, ia pula yang menyetrika ulang busana Muslim yang akan dijual agar terlihat lebih rapi dan memajangnya di dalam outlet. ''Semua saya kerjakan sendiri,'' imbuhnya.

Untuk mengetahui selera pasar Lies berusaha mengamati tren kegemaran konsumen. Tak hanya itu, ia pun selalu mendengar keinginan pembeli. Berbisnis busana Muslim seperti itu tentu banyak menemui hambatan dan kendala. ''Salah satunya dalah kendala modal,'' cetusnya. Namun, dengan modal seadanya, ia tetap mampu menggulirkan bisnisnya. Kuncinya, kata Lies, ia tak tak terlalu banyak menyimpan stok. Yang penting dalam seminggu koleksi busana yang dipajang di outlet sudah harus diganti.

Hambatan lain yang dirasakan Lies adalah semakin ketatnya persaingan. ''Dulu saya tak pernah membayangkan, persaingan akan seperti seketat saat ini,'' paparnya. Ia mengaku mendapat kepuasan tersendiri dengan berbisnis secara mandiri. Selain bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan membantu suami, ia pun bisa menyelesaikan pendidikannya dengan kerja kerasnya. Menurut Lies, ayahnya menyekolahkan dirinya bukan untuk mencari kerja, tapi untuk membuka lowongan kerja.

''Dengan membuka usaha sendiri, kita bisa mendapatkan penghasilan dan sekaligus bisa mengurus anak dan selalu dekat dengannya,'' katanya. Menurut Lies, untuk menjalani suatu bisnis memang membutuhkan bakat, ketekunan, kesabaran, dan keuletan. Sebab berbisnis itu tak selamanya akan cepat besar. Belum lagi banyaknya kendala dan hambatan yang ada. ''Selain itu, untuk berbisnis seperti ini juga perlu ada kesempatan dan juga modal,'' katanya. Ia menambahkan, jika dalam waktu satu tahun sudah balik modal itu berarti sudah bagus sekali.

Nama : Lies R Lubis
Tempat tanggal lahir : Medan, 11 Oktober 1974
Pendidikan : Master ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)
Suami : M Gatot Upoyo
Anak : Akila Napisah Salsabila
Bisnis : Busana Muslim
Alamat : Jl Pondok Cabe, Pamulang Tangerang

(hri )

No comments: