Thursday, January 24, 2008

Berawal dari Hobi Mendesain Baju

Wida Sadrahwati
Berawal dari Hobi Mendesain Baju

Membuat butik di rumah menjadi solusi jitu bagi Wida. Ia bisa berbisnis sekaligus mengasuh anak.

Gagal memenuhi keinginannya untuk menjadi mahasiswi Seni Rupa ITB (Institut Teknologi Bandung) tak membuat Wida Sadrahwati kecewa. Wanita yang kini berusia 35 tahun itu berpendapat, mencari ilmu tak harus melalui pendidikan formal, tapi bisa didapat dari tempat lain seperti pendidikan non-formal atau belajar sendiri (otodidak).

Gagal masuk ITB, Wida kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah bahasa. Namun, kegemarannya coret-coret di atas kanvas tetap ditekuni. Tak sekadar gemar, coretan Wida ternyata diapresiasi oleh banyak orang. Tak heran, teman-teman dan keluarganya kerap minta saran dari Wida seputar desain busana kantor, pesta atau pentas panggung.

Lulus dari Jurusan Sastra Perancis Sekolah Tingga Bahasa Asing (STBA) Bandung tahun 1995, Wida bekerja di beberapa perusahan di Bandung. Berulang kali, ia pindah kerja karena merasa belum menemukan tempat yang cocok dengan jiwanya. Namun ketika masih kerja kantoran, Wida kerap mencuri-curi jam kantor untuk menekuni hobi barunya yakni kursus menjahit dan menyulam. ''Kalau mendesain busana, sejak TK saya sudah bisa yaitu merancang baju untuk barby (boneka). Makanya, untuk melengkapinya, saya harus bisa menjahit sendiri,'' ungkap Wida.

Kurang dari sebulan les menjahit, Wida sudah bisa memamerkan karya-karyanya. Rancangan simple dan unik itu diperlihatkan kepada teman-temannya saat arisan bulanan. ''Lumayan, laris manis, malah teman-teman ketagihan pada pesan lagi. Mungkin, karena modelnya simple dan harga yang murah mulai dari Rp 45 ribu sampai Rp 200 ribu,'' kata anak kedua dari lima bersaudara ini.

Dari sinilah, Wida memantapkan diri menerjuni bisnis busana casual dan Muslimah. Promosi dari mulut ke mulut membuat bisnis makin berkembang. Tak hanya di Bandung, busana-busana hasil kreasi Wida juga mengisi toko busana di Mal Ambasador, Jakarta. ''Kalau sudah masuk mal, harganya bisa dua kali lipat,'' kata Wida.

Hampir dua tahun perempuan berkulit putih ini mengedarkan hasil jahitannya. Dia sadar bahwa anak semata wayangnya membutuhkan perhatian lebih. ''Ternyata sulit juga ya membagi waktu antara pekerjaan dengan mengasuh anak,'' tutur Wida. Nah, agar aktivitas bisnis dan mengasuh anak bisa berjalan beriringan, Wida ingin sekali membangun butik di rumah. Sebuah mobil pun dilego sebagai modal untuk membangun butik itu. ''Butik itu dibangun di garasi. Alhamdulillah, bertepatan ulang dengan tahun saya (14 September 2005) impian memiliki butik mungil terwujud. Kini sambil menjaga butik, saya juga bisa menemani anak belajar, menyuapi makan, dan antar jemput sekolah,'' papar Wida puas.

Istri dari B Djati Pamungkas ini memberi label butiknya, Tuniq (baju India). Hal ini sesuai dengan impiannya membuat busana ala India yang kaya dengan sulaman atau payet-payet. Sebagai pelengkap busana, Wida juga menyediakan sepatu, tas, dan ikat pinggang.

Beralih ke payet
Dari hari ke hari, pelanggan butik Tuniq terus bertambah. Mulai dari para mahasiswi, wanita karier, sampai ibu-ibu rumah tangga. Tak hanya membeli busana, banyak di antara mereka yang membawa bahan untuk dijahit menjadi kebaya atau busana pesta. Agar tampak lebih cantik, kebaya atau busana pesta mesti dilengkapi dengan payet dan mote. Nah, sejak itulah, Wida mulai serius menekuni dunia payet dan mote.

''Ternyata menyusun payet lebih unik dan menantang. Tidak saja membutuhkan ketelitian, tapi juga harus menjiwai agar busana tampak hidup dan ekslusif,'' tutur pengagum busana-busana berpayet karya Ane Avantie ini. Order memayet kebaya pengantin diterimanya dari penjahit-penjahit kelas butik di Bandung. Menghias satu kebaya dengan payet di bagian tangan dan bawah busana, Wida mendapat bayaran Rp 350 ribu. Namun, kalau datang ke butik, menurut Wida, harganya masih bisa nego tergantung dari bahan dan tingkat kesulitan mendesain payet. Untuk kebaya panjang full payet, perempuan berkaca mata ini memasang harga antara Rp 750 ribu sampai Rp 1,5 juta. ''Kalau harga di luar bisa lebih dari Rp 2 juta,'' katanya.

Wida mengaku, ada kepuasan tersendiri ketika melihat pengantin memakai kebaya berpayet hasil karyanya. Salah satu karyanya adalah kebaya seragam panitia pernikahan Tike 'Extravaganza'. Berkat ketrampilannya mempercantika busana dengan payet, Wida bisa mendapat keuntungan lebih dari Rp 3 juta setiap bulannya. Selain untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, penghasilan ini juga digunakan sebagai modal tambahan butik. Mobil yang dulu dijual pun kini sudah ada gantinya. n vie

Biodata :
Nama : Wida Sadrahwati
Tanggal Lahir : Bandung, 14 September 1971
Anak : Talitha R Afiyah
Suami : B Djati Pamungkas
Label : Tuniq Chic'n Simple
Alamat : Jl Panaitan 35 Bandung
Telepon : 022-4206493

1 comment:

Rumah Jahit Aira said...

Boleh juga
duniamenjahitbundaaira.blogspot.com