Thursday, January 24, 2008

Amanah busana muslim

Amanah busana muslim

Bekerja selama bertahun-tahun di perusahaan hingga mencapai posisi strategis ternyata tidak menjamin seseorang puas dengan kehidupannya.

Ada sebagian orang yang merasa jenuh berkarir di sebuah perusahaan setelah bertahun-tahun lamanya bekerja, hingga akhirnya memilih mengundurkan diri dan beralih profesi menjadi usahawan.

Berbekal keyakinan, kegigihan, dan kesabaran, usaha yang sudah dipilih dan dilakoninya dari bawah itu tidak kalah sukses dengan kesuksesan karier yang sudah ditinggalkan.

Hal inilah yang dibuktikan Nana Hasanah, mantan service manager sebuah bank asing yang setelah 20 tahun lamanya berkarier, namun memutuskan banting setir sebagai pengusaha busana muslim lukisan tangan.

Diakui ide berwirausaha di bidang busana muslim ini diperolehnya bak wahyu yang diterima kala dirinya menjalankan ibadah haji di Tanah Suci tiga tahun lalu.

Mengenakan mukena dan kerudung modifikasi hasil rancangannya sendiri, tanpa diduga Nana langsung kebanjiran order sesama jamaah haji yang menginginkan mukena dan kerudung yang dikenakannya.

Sejak saat itulah Nana akhirnya memutuskan beralih profesi sebagai pengusaha busana muslim. Kebetulan ibu dua anak ini telah memutuskan mengenakan kerudung menjelang keberangkatannya menunaikan ibadah haji pada 2004.

Tidak berarti perjalanan usaha Nana lancar sampai di situ. Lulusan akademi sekertaris ini mengaku tidak memiliki keterampilan khusus di bidang jahit menjahit baju.

Ditambah lagi Nana tidak siap dengan sumber daya penjahit yang akan mengerjakan semua pesanan yang terlanjur diterimanya.

"Akhirnya saya pakai tukang jahit langganan untuk mengerjakan pesanan saya, ditambah saya mulai cari-cari karyawan. Beruntung tiga bulan kemudian saya sudah dapat 14 karyawan," ujar perempuan kelahiran Pontianak 45 tahun yang lalu ini.

Banjirnya pesanan yang datang, dikarenakan koleksi busana muslim buatan Nana memang memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk lainnya.

Selain mengutamakan modifikasi bordir dengan bahan berkelas, busana muslim buatan Nana dihiasi dengan lukisan tangan bermotif bunga yang idenya langsung lahir dari idenya.

Bahan sifone atau sutra kualitas terbaik, dengan lukisan cantik yang menghiasinya, ditambah pengerjaan bordir yang halus dan cermat, membuat semua produk Dahayu Citra Busana ini banyak diminati pelanggan.

Sebut saja beberapa nama istri pejabat negara, top level di perusahaan-perusahaan, eksekutif, hingga pelanggan mancanegara menggemari semua produk buatan pengusaha tersebut, mulai dari mukena, kerudung, baju muslim, selendang, busana pesta, hingga busana penantin sekaligus maharnya.

Namun, jangan sekali-kali Nana diminta membuat busana gaun malam yang terbuka dan menonjolkan aurat, tentu akan langsung ditolaknya.

Sejak memutuskan untuk berwirausaha, dia memutuskan untuk tetap konsisten di jalur busana muslim.

"Sudah banyak pelanggan yang terpaksa saya tolak karena mereka memesan baju yang tidak sesuai dengan kaedah busana muslim," ujar pemilik workshop di kawasan Bintaro Jakarta Selatan ini.

Koleksi dan motif Nana semakin meriah, apalagi saat salah satu keponakan yang seorang desainer pernah bekerja kepada seorang perancang terkenal Indonesia melengkapi koleksinya.

Dari tangan sang keponakan itulah semua ide atas rancangannya dapat diterjemahkan secara pas dan memuaskan semua pelanggannya.

Apalagi tiap satu buah produksi busana muslim yang dihasilkan merupakan produk tunggal, alias tidak ada produk yang sama baik itu motif ataupun model yang diproduksi secara massal.

Tidak heran jika untuk satu buah busana muslim dipasarkan untuk kalangan terbatas dan berharga mahal.

Semua kelas

Namun, tidak berarti Nana hanya bermain di kelas atas, terbukti dia ingin mengembangkan usaha ke masyarakat kebanyakan yang memiliki selera dalam berbusana muslim.

"Saya pribadi ingin memasyarakatkan busana muslim, jangan sampai ada anggapan busana muslim itu kuno dan tidak trendi sehingga orang enggan mengenakan," ujar perempuan pernah turut serta dalam ajang Bali Fashion Week 2004.

Untuk menambah kapasitas produksi yang terbatas, Nana tengah melatih beberapa orang untuk melukis di atas kain dengan gaya dan motif khas berikut penambahan karyawan hingga 16 orang.

eski demikian tidak menutup kemungkinan Nana menerima pesanan model dan motif sesuai keinginan pelanggan, meski untuk menentukan model yang pas, banyak berkonsultasi dengan pelanggannya.

Pengenalan karakter pelanggan, kedekatan secara personal, kebutuhan pesanan, serta ide dan gagasan antara dirinya dengan pelanggan dianggap modal utama Nana menentukan garis rancangan dan motif yang sesuai.

Apalagi dia tidak melulu mengedepankan aksesori pada kain, namun kesesuaian antara pilihan busana dengan karakter pelanggannya.

Dan cara-cara inilah yang diakuinya menjadi modal kesuksesannya menjalankan bisnis ini yang diakuinya banyak memuaskan pelanggan hingga menyebarkan pengalaman mereka dari mulut ke mulut.

Ke depan Nana ingin mengembangan bisnis ini bukan semata-mata untuk kepentingan komersial semata. Usaha bisnis yang dianggapnya sebagai amanah ini diharapkan akan memberi manfaat bagi banyak orang.

"Kalau dulu [semasa bekerja] saya puas waktu gajian karena dapat banyak uang, kini kepuasan saya terletak pada kemampuan saya menyejahterakan karyawan saya," ujarnya sembari tersenyum. (wulandari@bisnis.co.id)

Th.D. Wulandari
Bisnis Indonesia

No comments: