Friday, November 09, 2007

Menghitung Hari Jatuhnya Vonis FIFA

Menghitung Hari Jatuhnya Vonis FIFA

MH SAMSUL HADI

Pesan badan sepak bola dunia FIFA sangat jelas. Pertama, PSSI harus memilih ulang ketuanya; kedua, Nurdin Halid harus lengser dan tak bisa dijadikan ketua. PSSI membangkang dan melawan FIFA, mirip semut lawan gajah. Sanksi pembekuan itu sudah di depan mata.

Begitu sanksi FIFA turun, tim futsal Kuwait langsung didiskualifikasi dari Asian Indoor Games. Laga Kuwait versus Timor Leste batal digelar, Kuwait dinyatakan kalah 0-3. Seluruh pemain dan ofisial tim futsal Kuwait dipulangkan saat itu juga.

"Yang membuat saya merinding, para wasit dari Kuwait juga dicoret, tak boleh memimpin laga, dan langsung dipulangkan," tutur Puji. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) juga mencoret seluruh wasit Kuwait dari laga internasional di Asia. Klub-klub Kuwait tak bisa berlaga di Liga Champions Asia, timnas mereka juga diharamkan tampil di kualifikasi Piala Dunia. Sepak bola Kuwait kini terkucil dari keluarga besar sepak bola dunia.

Jangan lupa, sanksi pembekuan itu hasil rekomendasi Komite Asosiasi FIFA—komite yang diremehkan pengurus PSSI—pada Komite Eksekutif FIFA, 28 Oktober lalu. Dengan pembangkangan yang masih diperlihatkan PSSI, sepak bola Indonesia bagai menghitung hari untuk dibekukan seperti Kuwait saat ini.

"Jika sebuah asosiasi sepak bola menjadi anggota FIFA, mereka harus mematuhi aturan-aturan FIFA. Mereka tidak boleh menentangnya," tegas Joseph Sepp Blatter di Kuala Lumpur, Selasa lalu, seperti dikutip AFP.

Segelintir pengurus PSSI kini tengah menantang arus besar dengan mengorbankan kepentingan puluhan juta publik bola se- Tanah Air dan martabat bangsa Indonesia di mata internasional. Sampai Kamis (8/11) kemarin, saat tulisan ini dibuat, mereka tak segera mematuhi FIFA.

PSSI "bungker" Nurdin

Mengapa Nurdin Halid tidak segera mau mundur? Ini tak lepas dari posisi Ketua PSSI sebagai "bungker" yang nyaman baginya. Dengan sederet kasus pidana mengantre di depan matanya, Nurdin membutuhkan zona yang, menurut dia, memungkinkan dia tak tersentuh.

Zona itu terdapat pada Ketua PSSI. Dengan jabatan itu, ia bisa duduk sejajar dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di stadion ketika timnas Indonesia berlaga di Piala Asia, Juli lalu. Begitu kokohnya, ia tak mungkin diintervensi pemerintahan SBY.

Itu sebabnya, ia dan sejumlah tangan kanannya di kepengurusan PSSI berusaha melanggengkan jabatan. April lalu, setahun sebelum jabatannya berakhir, Nurdin merekayasa Musya- warah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Makassar, tanah kelahirannya.

Awalnya, seperti sering didengungkan PSSI kepada publik lewat pers, Munaslub itu untuk mengubah Pedoman Dasar PSSI agar sesuai standar statuta FIFA. Namun, dua hari sebelum Munaslub berakhir, Munaslub dibelokkan menjadi Musyawarah Nasional (Munas) yang menetapkan kembali Nurdin jadi Ketua Umum PSSI 2007-2011.

FIFA tak seperti AFC

FIFA selaku badan tertinggi sepak bola yang menaungi 208 negara—lebih besar dari PBB yang beranggotakan 192 negara— jeli melihat kejanggalan di Makassar. Pemilihan Ketua PSSI 20 April lalu tak sejalan dengan Pedoman Dasar (PD) PSSI, yang harus digelar 30 hari setelah itu.

PD PSSI, yang katanya telah disesuaikan dengan standar statuta FIFA, ternyata masih melenceng dari prinsip-prinsip dasar FIFA, misalnya dihapuskannya klausul larangan bagi kriminal untuk dipilih menjadi ketua PSSI. Maka, Juni lalu, Komite Asosiasi FIFA mengirim surat ke PSSI, meminta PSSI memilih ulang ketuanya.

Surat itu disembunyikan pengurus PSSI dari publik. Saat Piala Asia digelar, 7-29 Juli lalu, Nurdin berusaha runtang-runtung dengan Presiden AFC Mohamed bin Hammam dan Presiden FIFA Joseph Sepp Blatter agar ia dilihat didukung dua orang penting itu.

Namun, FIFA adalah FIFA. Tidak seperti AFC yang sering kompromi, dalam sidang di Zurich, 28 Oktober, FIFA kembali mengingatkan PSSI memilih ketuanya. Di Kuala Lumpur, Selasa lalu, Blatter mengingatkan lebih tegas agar PSSI mematuhi FIFA.

"Kami telah berikan jalan keluarnya dan ini harus dipatuhi," kata Blatter. Desember nanti, Komite Eksekutif FIFA kembali bersidang di Tokyo, bersamaan dengan Kejuaraan Antarklub Dunia. Akankah sanksi pembekuan itu diputus di sana? Mungkin saja jika pengurus PSSI masih tetap membandel di depan FIFA.

No comments: