Tuesday, June 05, 2007

Hasnul Suhaimi

Hasnul Suhaimi

"Urang Awak" yang Memikat Para Datuk

Doni IsmantoHasnul Suhaimi

Nama pria yang lahir di Bukittinggi pada 23 April 1957 silam ini bagi orang yang berkecimpung di industri telekomunikasi Indonesia tentu tidaklah asing.

Sepak terjang pria yang dulunya mengabdi selama 23 tahun di Indosat ini sebelum menjadi orang nomor satu di anak perusahaan Telekom Malaysia (TM), XL, cukup diakui dunia telekomunikasi Indonesia.

Hasnul yang memulai karier di bidang perencanaan dan operasional di Indosat, berubah menjadi ahli pemasaran yang mumpuni setelah menyabet gelar Master of Business Administration (MBA) dari University of Hawaii pada 1992.

"Waktu itu saya lihat banyak lulusan tehnik yang mengambil manajemen, kata orang masa depan itu justru ada di manajemen," ujar Hasnul ketika ditemui di kantornya belum lama ini.

Layaknya pendekar yang baru mendapatkan ilmu baru, Hasnul langsung mengimplementasikannya ketika menangani Sambungan Langsung Internasional (SLI) milik Indosat selama dua tahun. Lulusan Teknik Elektro ITB tahun 1981 ini berhasil mempertahankan market share di atas 90 persen.

Pengalaman yang mengesankan tentunya ketika jabatan Direktur Niaga Telkomsel disandang Hasnul pada 1998. Telkomsel yang ketika itu unggul dalam jumlah pemancar tidak dapat berbuat banyak di pasar karena produknya tidak dapat digunakan lintas pulau.

Berkat keuletan Hasnul, maka diluncurkanlah simPATI Nusantara yang mampu melakukan roaming lintas pulau. Pelanggan Telkomsel yang ketika itu berkisar 370.000 nomor, dalam waktu 1,5 tahun melesat menjadi 1 juta nomor oleh bapak dua anak ini.

"Saat itu, konsentrasi saya tidak hanya menjual produk, tetapi juga sibuk lobi sana-sini untuk mencari dana agar simPATI Nusantara dapat diluncurkan," jelasnya.

Setelah itu, nama Hasnul semakin kokoh dalam industri telekomunikasi dengan jabatan Direktur Utama Indosat Multimedia Mobile (IM3) pada 2001. IM3 waktu itu sering disebut pelaku industri sebagai baby-nya Hasnul.

Bagaimana tidak, setelah ditarik kembali oleh Indosat pada tahun 2000, Hasnul dibebankan untuk membuat cetak biru dari perusahaan seluler baru milik Indosat tersebut.

"Saya membuatnya dalam bentuk coretan di kertas, karena waktu itu hanya seorang diri di unit tersebut," kenangnya.

Keuletan seorang Hasnul ditantang saat itu. Penggemar golf dengan handicap 18 ini berhasil membuktikan pameo orang Padang memang pintar berdagang. IM3 sebagai pemain baru berhasil membetot perhatian publik berkat positioning produk yang jelas yakni kartu seluler dengan keunggulan pada mobile data.

Kerja keras dan kesetiaan pada Indosat akhirnya membuahkan posisi Direktur Utama pada pertengahan 2005. Sayangnya, jabatan tertinggi tidak lama diduduki, Hasnul membuat kejutan pada pertengahan 2006 dengan menerima pinangan para Dato' di Telekom Malaysia untuk prestasinya membesarkan XL.

"Reputasi saya ternyata memikat mereka. Ketika tawaran itu datang pertama kali, tidak saya anggap serius. Tetapi melihat kegigihan dan penghargaan yang tinggi, akhirnya saya luluh," katanya.

Hasnul meyakinkan, faktor kebebasan dan profesional murnilah yang mendorongnya untuk pindah ke XL. "Saya tidak melihat ini milik asing atau bukan. Kalau asing semangatnya memberikan nilai tambah bagi bangsa kenapa kita tidak Bantu. Hal itu dibuktikan dengan komitmen berinvestasi dalam ratusan juta dolar," jelas Hasnul.

Masalah kepercayaan bagi seorang Hasnul sepertinya sesuatu hal yang penting. "Jika seseorang dipercaya memimpin perusahaan, pemilik harus memberikan ruang untuk berkreasi sesuai aturan. Jangan seperti pepatah minang yang mengatakan pasan ba'antaan. Sudah nitip pesan masih di anterin juga orangnya," tambah Hasnul.

Kepercayaan yang diberikan oleh para Dato' tidak disia-siakannya. Kinerja XL pada akhir tahun lalu lumayan menggembirakan. Selain laba meningkat di atas 50 persen, pertumbuhan pelanggan juga menggembirakan.

Ilmu pemasaran Hasnul yang berani ala minang mulai mewarnai setiap produk XL. Lihat saja tagline layanan 3G XL yang tanpa sungkan-sungkan menantang penguasa pasar dengan mengatakan "Pertama Tercepat dan Terluas". Atau gebrakan menerapkan tarif flat per detik untuk menggenjot pertumbuhan prabayar bebas.

"Saya sebenarnya tidak suka menganggap itu hasil saya. Konsep saya selalu kerja sama dan saling bantu. Tetapi, bagi orang yang mengikuti sepak terjang saya dari awal, akan mengakui di setiap produk ada jejak saya di situ," papar Hasnul.

Hasnul menjelaskan, seorang pemimpin tertinggi adalah yang mengetahui masalah umum. Semakin ke bawah tingkatan pemimpin akan lebih mengenal masalah detail.

"Saya ini tidak sehari-hari di pasar. Tetapi kalau saya punya ide, bawahan akan selalu diminta untuk mengeluarkan pendapatnya. Demokrasi ala saya seperti itu," tambahnya.

Tetapi begitu keputusan sudah diambil, lanjutnya, tidak ada kata mundur. "Untuk mengatasi masalah yang akan dihadapi, selalu saya tekankan pada mere- ka menyiapkan rencana contingency," tutur Hasnul.

Jika dari strategi pemasaran, menurut Hasnul, telah terjadi perubahan di XL, tantangan berikutnya melakukan perubahan budaya perusahaan. "Budaya itu hasil kebiasaan yang terbentuk sejak lama. Untuk mengubahnya tidak bisa seketika," jelas Hasnul.

Sebagai perusahaan yang berlatar belakang swasta murni, jelas Hasnul, XL selama ini dinilai kalangan luar terkesan arogan. "Padahal di sini berkumpul orang-orang pintar. Sayangnya dalam bertindak menunggu arahan," ungkap Hasnul.

"Gaya itu ingin saya ubah. Karena dalam memimpin saya tidak biasa memerintah orang. Saya lebih senang memulai sesuatu dengan mendelegasi atau meminta partisipasi orang lain. Dengan begitu, kita bisa menciptakan pemimpin baru," kata Hasnul.

Menurut Hasnul, mengubah budaya perusahaan tersebut sama pentingnya dengan meningkatkan kinerja keuangan. "Hidup itu harus seimbang, layaknya dua sayap yang ada di burung untuk terbang. Sayap kiri untuk duniawi, sayap kanan untuk akhirat. Keduanya mengepak bersamaan agar bisa terbang tinggi," ucap Hasnul.

"Tahun lalu saya masuk di pertengahan tahun. Akhir tahun nanti adalah pembuktian kinerja saya sebenarnya. Dengan saling bantu di semua lini, tentu tantangan dapat dilewati," kata Hasnul.

Akankah urang awak pertama yang memimpin anak perusahaan Telekom Malaysia ini berhasil menjawab tantangan tersebut? Kita tunggu saja. Selamat berjuang uda Hasnul! [Doni Ismanto]

No comments: