Sunday, May 06, 2007

Memilih Permainan, di Dalam atau Luar Ruang?

Memilih Permainan, di Dalam atau Luar Ruang?

Survei lembaga pendidikan Radani Edutainment terhadap 300 orangtua dan pendidik di wilayah Jabodetabek menyebutkan, ada dua kegiatan anak yang paling dilarang orangtua, yakni bermain video game (50 persen) dan bermain ke luar rumah (30 persen). Alasannya, bermain video game membuat anak menjadi kecanduan, malas, lupa waktu, dan merusak mata. Sementara bermain di luar rumah membuat anak tidak aman, lupa waktu, dan jadi malas belajar.

Sebaliknya, dua kegiatan yang paling dianjurkan orangtua adalah membaca buku (47 persen) dan bermain di rumah bersama teman (27 persen). Membaca buku tentu akan menambah pengetahuan dan mengajarkan anak membaca, sedangkan bermain di dalam rumah lebih aman dilakukan karena orangtua bisa mudah mengawasi. Belajar bersosialisasi bisa dilakukan bersama kawan-kawan di dalam rumah.

Radani juga menemukan fakta, 60 persen anak-anak di Jabodetabek harus pergi les seusai pulang sekolah dan hanya sekitar 25 persen anak-anak yang bisa bermain sesuai kesenangan mereka. Sebanyak 80 persen guru berpendapat, anak-anak terlihat lesu dan tidak bergairah di pagi hari.

Direktur Radani Edutainment Hanny Muchtar Darta menuturkan, banyaknya permainan modern dan kurang menunjang sosialisasi seperti permainan video dan komputer, juga tontonan televisi, menghambat anak-anak bermain di luar rumah. "Ini tantangan orangtua. Anak-anak yang betah menonton televisi biasanya dipanggil pun tidak mendengar. Akibatnya, muncul emosi negatif, kalau dipanggil malah marah," terang Hanny dalam sebuah seminar yang didukung Rinso.

Terbatasnya lahan bermain di luar rumah maupun sekolah juga menjadi hambatan. Belum lagi minimnya waktu orangtua bermain bersama anak. "Sempatkan untuk bermain, sederhana saja seperti kuda-kudaan, kereta api-kereta apian, bercerita, atau bergulingan di rumput," ujar Hanny. Dengan demikian, potensi kognisi, emosi, dan sosial dalam diri anak akan terlibat semua.

Hasil penelitian The Association for Childhood Education International Amerika Serikat menyebutkan, bermain adalah alat utama untuk perkembangan imajinasi, kecerdasan, bahasa, dan kemampuan motorik (perceptual motor) pada bayi dan anak-anak kecil (Frost, 1992).

Guru Besar Fakultas Psikologi UI Sarlito W Sarwono menekankan pentingnya bermain di luar ruangan, semisal sepak bola. Tidak hanya untuk membangun jiwa berani mengambil risiko, tetapi juga mengembangkan kepercayaan diri, mencerdaskan emosi, serta menyehatkan kerja jantung, aliran darah ke otak, dan motorik kasar maupun halus.

Bermain bersama teman membuat anak peka akan kebutuhan dan nilai yang dimiliki orang lain, mengatasi penolakan dan dominasi, mengelola emosi, berbagi kekuatan, ruang, dan ide dengan orang lain, serta mengembangkan motivasi. Anak-anak yang bermain bersama teman akan belajar menyesuaikan perilaku dengan orang lain dan belajar menghargai perbedaan.

No comments: