Sunday, November 26, 2006

"NGIRI" PADA INEKE & CHECHE KIRANI

Natalie Sarah
"NGIRI" PADA INEKE & CHECHE KIRANI

Sukacita. Demikianlah si cantik Natalie Sarah menyambut datangnya bulan Ramadan. Sahur, puasa, berbuka, salat lima waktu plus Tarawih, semua dilakukan Sarah dengan penuh semangat. Ya, pemeran Memey di sinetron Kawin Gantung ini memang bertekad untuk menjadikan puasanya kali ini penuh makna dan ibadah.
KLIK - Detail
Ya, Ramadan kali ini memang baru Ramadan kelima bagi Sarah. Meski begitu, ada yang unik pada diri gadis batak yang baru jadi mualaf sejak pertengahan 2001 lalu ini. Belakangan ia terlihat selalu tampil tertutup, berbusana muslim lengkap dengan penutup kepala. Ada apa gerangan? "Alhamdulillah, untuk Ramadan ini, aku sudah berniat akan selalu memakai jilbab. Sebenarnya, dua minggu sebelumnya pun, aku sudah pakai jilbab tiap hari," ujar Sarah berseri-seri.

Lalu, bagaimana dengan sesudah Lebaran? "Setelah Lebaran, apa aku akan terus pakai jilbab? Jujur saja, keinginan ke arah sana sudah ada. Tapi sepertinya untuk saat ini belum
bisa terealisasi karena masih terikat kontrak dengan sebuah rumah produksi."

Sarah sadar, untuk keperluan syuting dirinya belum bisa full memakai jilbab. "Karena ketika aku menandatangani kontrak dulu, aku, kan, tidak mencantumkan hal tersebut," ujar gadis yang kini enggak mau lagi pakai baju yang hanya satu tali.

Nanti, ujar Sarah, jika dirinya memang sudah benar-benar mantap untuk seterusnya berjilbab, "Aku tetap akan berdiskusi dulu dengan rumah produksi yang mengontrakku secara eksklusif. Kalau memang mereka setuju, alhamdulillah. Tapi kalau pun tidak, tetap bisa dicari jalan keluarnya. Misalnya menyelesaikan dulu sisa kontrak, baru sesudahnya memakai jilbab," ujar Sarah yang mengaku amat terkesan melihat para seniornya yang sudah lebih dahulu memakai busana muslim.

"Seperti Mbak Ineke Koesherawati, Astri Ivo, dan Cheche Kirani. Masya Allah, mereka itu tambah cantik setelah pakai jilbab." Seperti para seniornya itu pula, Sarah yakin bahwa memakai busana muslim tak akan menghalangi langkahnya di dunia hiburan. "Job jadi berkurang? Mungkin saja. Tapi tidak perlu khawatir, karena jodoh, rezeki ataupun maut itu kan, di tangan Tuhan," ujarnya bijak.

Meski begitu, diam-diam Sarah sudah menyiapkan lahan baru untuk dirinya kelak, andai tak lagi berkarier di sinetron. "Bukan karena khawatir. Ini hanya untuk antisipasi ke depan saja. Misalnya nanti aku enggak main sinetron lagi, aku sudah punya usaha lain," ujar Sarah yang ternyata sedang merintis usaha busana muslim. "Aku ingin buka butik sendiri," cerita Sarah yang mendesain sendiri semua busana yang dijualnya. "Enggak cuma mendesain, yang membuat pola dan motong kainnya juga aku. Tapi untuk menjahit, aku punya 2 pegawai."

Desain & Potong Sendiri
Yang unik dari busana muslim buatan Sarah, "Banyak yang ukuran kecil, S, XS, dan XXS. Ini berangkat dari pengalaman pribadiku, setiap kali mau beli baju muslim, pasti kedodoran.
Susah sekali mencari yang cocok dengan badanku. Rata-rata baju muslim memang didesain berukuran besar," ujar gadis berperawakan mungil ini.

KLIK - Detail Sebenarnya, busana muslim karya Sarah sudah cukup banyak. "Kalau dikumpulin dari awal, sudah cukup banget untuk buka butik. Tapi, setiap kali habis bikin, seringnya langsung habis dibeli sama teman-teman pengajian," cerita Sarah yang tidak mau memproduksi massal setiap desainnya. "Jadi eksklusif."

Memang, dari kecil Sarah bercita-cita menjadi desainer. "Dari kecil aku sudah nyoba bikin baju barbie sendiri. Makanya waktu SMKK, aku ambil jurusan disain." Namun perjalanan hidup membawa Sarah menjadi seorang model, kemudian terjun ke dunia sinetron. "Tadinya enggak kepikir akan membuka butik atau semacamnya. Tapi, saat pulang umrah kemarin, aku tiba-tiba dapat semacam pencerahan. Dorongan untuk membuka butik busana muslim mendadak muncul."

Sejak itu, Sarah giat membuat berbagai desain. "Aku beli mesin jahit lagi. Sekarang di rumah sudah ada 4 mesin jahit. Aku juga turun langsung mencari bahan. Biasanya sih, aku hunting sendiri kain di pasar Mayestik," cerita Sarah yang semula malu-malu memasarkan produknya ini. "Biasanya aku bawa ke pengajian. Cukup ditunjukin ke satu orang, berikutnya sudah nyebar sendiri."

Baru sebulan, Sarah sudah menerima banyak pesanan. "Pernah aku dapat pesanan khusus yang pembuatannya rumit banget. Sukses, sih, tapi setelah itu aku kapok bikin yang model begitu lagi. Habis, susah dan lama banget bikinnya," ujar Sarah yang mengaku tak berani mematok harga tinggi untuk baju-baju produksinya. "Yang paling murah, satu stel atas-bawah 140 ribu rupiah. Yang paling mahal, 500 ribu rupiah, tapi itu cuma satu disain, kok. Rata-rata kebanyakan, sih, berharga 200-an ribu rupiah."

Prinsip Sarah, "Membuat busana muslim yang cantik dan modis, tapi harganya terjangkau." Tak jarang jika ada yang minta dibuatkan baju dan menanyakan harga, Sarah balik bertanya, "Kamu punya bujet berapa?" Untuk memenuhi selera pasar, Sarah tak mau menetapkan satu jenis desain saja. "Mulai dari yang bergaya etnik, serba formal, sampai yang casual dan ceria khas remaja, tersedia. Bahannya juga macam-macam, raw silk, thai silk, sutra, organdi, dan macam-macam lagi."

Seriuskah Sarah dengan bisnis barunya ini? "Insya Allah, aku serius banget. Malah cita-citaku suatu hari nanti butikku bisa sebesar Shafira. Punya berbagai koleksi eksklusif yang bisa bikin pemakainya semakin cantik." Saat ini, Sarah mengaku akan berkonsentrasi pada peningkatan produksi terlebih dahulu. "Tapi aku belum bisa melakukan promosi yang besar. Soalnya belum ada mereknya."

Rupanya Sarah kebingungan dalam memberi label pada produknya. "Aku belum dapat nama yang pas. Aku enggak mau terburu-buru. Kalau memang belum nemu yang cocok di hati, ya, enggak mau dipaksakan."

No comments: