Sunday, November 26, 2006

Menghadapi Kesedihan Dengan Kreatifitas

Imas Syamsul Mappareppa
Menghadapi Kesedihan Dengan Kreatifitas



Tak mudah terpengaruh pada hal-hal yang melemahkan semangat berkreatifitas dan berusaha sebagai kunci sukses usaha Kedukaan mengawali kiprah Imas Syamsul Mappareppa sebagai desainer busana Muslim. Kematian putra ketiganya, Riza, akibat leukimia pada 1996 mendorongnya untuk berhaji (1997).

Sepulangnya dari tanah suci ia bertekad berbusana Muslim kendati saat itu komunitas sosialnya sebagai pendamping tentara yang harus aktif dalam perkumpulan istri TNI-AD tak memungkinkannya. ''Kalau sekarang kan sudah reformasi, banyak juga kok ibu-ibu lain yang berbusana Muslim juga,'' memaparkan kondisi komunitasnya sekarang. Mengisi hari-hari sedih setelah kepulangan Riza, Imas sering terjaga hingga larut malam. ''Saya sering tidak bisa tidur atau terbangun malam-malam. Suatu malam saya lantas mencoba mencoret-coret kertas untuk merancang busana Muslim buat diri saya sendiri,'' papar ibu empat anak ini.

Awal kali berbusana Muslim setelah berhaji pada 1997, wanita bernama lengkap Imas Usmaningsih ini memang agak kesulitan mendapatkan busana Muslim yang sesuai dengan keinginnanya. Selama mengenakan busana rancangan sendiri itu, ternyata ada yang mengamatinya. ''Seorang ibu mengatakan baju-baju saya itu bagus dan mempertanyakan kenapa saya tak bikin peragaan busana,'' kenang Imas. Walau awalnya tak mempercayai ucapan itu, ia lantas mulai berpikir untuk membuat busana dengan orientasi orang lain. ''Kalau ada yang mau saya jual, enggak laku, ya, saya pakai sendiri,'' katanya.

Akhirnya, pada 6 Oktober 1999, atau sekitar setahun setelah ia belajar menjahit, untuk pertama kalinya Imas menggelar peragaan tunggal di Hotel Hilton Jakarta dengan memamerkan 40 potong baju. Respon hangat atas peragaan busananya itu membuat Imas bertambah yakin bahwa rancangannya bisa diterima banyak orang. ''Saya kaget sendiri, ternyata ini karunia dari Allah yang saya minta walau tantangannya banyak dan besar sekali,'' tuturnya. Ia mengakui, menjadi desainer busana Muslim tak pernah terbersit dalam benaknya sebelumnya.

''Kalau saya tak lanjutkan karunia ini berarti saya tak bersyukur,'' imbuh istri Kepala Staf Komando Strategi Angkatan Darat ini. Setelah beberapa kali menggelar peragaan dan karyanya disukai orang, keyakinan diri Imas atas hasil rancangannya tersebut membulat. Terutama setelah dukungan datang dari suaminya. ''Suami saya malah sering ikut menemaninya menggambar, membantu jika ada peragaan dan pameran busana,'' katanya. Niat Imas yang lain dengan merancang busana Muslim ini, ungkapnya, untuk mengajak wanita Muslim menutup aurat.

''Dakwah kan tak harus ceramah. Mau laku atau enggak, saya bikin saja terus. Saya ingin orang Muslim bangga dengan busananya,'' tandasnya. Showroom pertama lantas dibukanya di garasi rumahnya di Bandung. Imas menyatakan memiliki obsesi soal rancangan busana muslimnya. ''Saya ingin menampilkan karakter busana muslim yang tak lari dari bentuk etnik bangsa kita,'' katanya. Kesempatan ikut mendampingi suami tugas ke pelosok tanah air selalu dimanfaatkannya untuk mendapatkan bahan-bahan rancangan bajunya. ''Biasanya saya membeli bahan dengan ciri khas kota yang saya datangi,'' ujar perancang dengan ciri khas hand painting ini.

Maka, terciptalah desain busana muslim dari bahan sutra, tenun, limbah sutra, serat alam, bahkan kulit kayu yang didapatnya dari Pekalongan, Bengkulu, Palembang, Sulawesi, dan daerah lainnya. Awal membuka butik Imas hanya mempunyai empat orang karyawan, meliputi seorang tukang jahit, tukang potong dan dua orang pembantu. Sekarang, ia mempunyai enam belas karyawan, yaitu lima orang tukang jahit, satu orang tukang potong pola, satu orang finishing, empat orang SPG, tiga orang administrasi dan dua orang sopir.

Butik Imas pun sudah semakin lengkap, tidak hanya menjual busana muslim saja tetapi ia juga menjual beragam perlengkapan busana dan aksesorinya. Omset usahanya mencapai Rp 30 juta per bulan dan mengembangkan usaha dengan membuka butik kedua di Jakarta sejak tahun lalu. ''Saya hanya terus berusaha saja kalau saya pikir itu benar dan baik. Saya berusaha juga tak mudah terpengaruh hal-hal yang bisa melemahkan semangat berusaha saya,'' Imas mengungkapkan kunci usahanya.
(mg02 )

No comments: