Sunday, August 12, 2007

Pupuk Rasa Percaya Diri

Pupuk Rasa Percaya Diri

Mengandalkan bimbingan belajar agar bisa lolos tes seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) adalah gejala yang lumrah terjadi setiap tahun. Namun, hal ini mengundang keprihatinan Farida Kurniawati, psikolog dari Universitas Indonesia.

Farida mengatakan, anak memilih ikut bimbingan belajar karena ia merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya sendiri.

Rasa tidak percaya diri ini, kata Farida, secara tidak sadar ditularkan orangtuanya sendiri. Karena terpengaruh orang lain, misalnya, orangtua mendesak anaknya agar ikut bimbingan. Padahal, sebenarnya anak itu mampu belajar sendiri.

"Dulu bimbingan belajar hanya diikuti oleh anak-anak yang kurang mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Sekarang anak-anak pintar juga masuk bimbingan belajar," cetus Farida.

Guru juga punya andil menularkan rasa tidak percaya diri pada anak. Di sekolah, guru malah memanggil alumni, dalam hal ini kakak kelas yang sudah lulus dan diterima di perguruan tinggi negeri, untuk mengajar adik-adik kelasnya.

"Di mata anak, guru seperti tidak percaya diri karena mereka melimpahkan tanggung jawab ke alumni. Tanpa disadari, guru juga menganggap anak-anak alumni lebih pintar daripada mereka sendiri," kata Farida.

Orangtua dan guru punya tanggung jawab untuk memupuk rasa percaya diri pada anak. Dengan begitu, anak tidak merasa tertekan jika tidak ikut bimbingan belajar.

Proses

Agar bisa diterima di universitas yang diinginkan, kata Farida, orangtua sebaiknya menerapkan sistem belajar kontinu sejak anak masih kelas X SMA (kelas I).

Untuk itu, orangtua dan anak sudah harus menetapkan jurusan apa yang akan diambil kelak. Berangkat dari ketetapan itu, anak "digenjot" pelan-pelan untuk mendalami mata pelajaran yang akan mendukung pilihannya nanti. Begitu menginjak kelas XII, anak mulai dilatih secara intensif untuk mengerjakan soal-soal.

Yang tidak kalah penting, menurut Farida, adalah memperkenalkan beragam jurusan dan profesi kepada anak. Jadi, sejak awal anak sudah tahu jurusan apa yang akan ia tekuni.

Dengan cara ini, anak bisa fokus belajar tanpa harus berpindah-pindah jurusan karena merasa kurang cocok dengan jurusan yang diambilnya. (IND)

No comments: