Sunday, September 30, 2007

Studi kasus: Kebingungan calon wiraswasta

Studi kasus: Kebingungan calon wiraswasta

Filed under: Entrepreneurship, Case Studies — itpin @ 8:22 am

Saya memiliki gelar di bidang ‘business administration’. Saat ini saya masih bekerja sebagai marketing manager di sebuah perusahaan di Jakarta, namun sedang memikirkan untuk memulai bisnis kecil. Masalahnya, modal saya hanya sebesar Rp. 20 juta dan saya belum memiliki ide jenis bisnis apa yang ingin saya terjuni. Mohon sarannya dan terima kasih.

Komentar dari It Pin:

Pertanyaan yang Anda ajukan, saya yakin juga merupakan pertanyaan yang ingin diajukan jutaan calon wiraswasta lainnya. Di sini tentu tidak ada jawaban yang mudah, yang bisa langsung diaplikasikan. Untuk menemukan jawaban yang sesuai bagi masing-masing individu, sering dibutuhkan waktu lama untuk refleksi diri dalam mencari jawaban tersebut di dalam diri masing-masing.

Apa yang bisa saya bantu adalah membagikan beberapa prinsip yang sudah disarikan dari pengalaman para wiraswasta yang berhasil secara holistik (bukan hanya dari segi materi, tetapi juga kepuasan jiwa). Prinsip-prinsip tersebut bersifat ideal, sehingga mungkin sulit diterapkan seluruhnya dalam kehidupan nyata. Namun setidaknya prinsip-prinsip tersebut bisa dijadikan titik tolak awal perjalanan Anda.

Menurut Mark Thompson, Stewart Emery, dan Jerry Porras dalam buku mereka “Success Built to Last“, terdapat 3 prinsip fundamental untuk menghasilkan sukses berkelanjutan. Ketiga prinsip tersebut adalah: arti, pikiran, dan aksi (meaning, thought, action). Arti adalah menemukan sesuatu yang membuat hidup Anda merasa berarti. Biasanya itu adalah bidang yang benar-benar kita sukai sehingga kita merasa waktu berlalu dengan cepat ketika menjalaninya. Pikiran adalah tindakan berpikir secara sadar untuk perencanaan dalam menyusun strategi dan langkah-langkah implementasi. Sementara aksi adalah disiplin dalam implementasi. Bisnis paling cocok untuk seseorang terletak di perpotongan antara ketiga bagian tersebut.

Ketiganya harus berinteraksi satu sama lainnya dan saling melengkapi. Hilangkan salah satu, dan sukses Anda tidak akan bertahan lama. Misalkan Anda mengeluarkan ‘meaning‘, Anda bisa saja sukses dalam jangka pendek, tetapi sulit untuk bertahan dalam jangka panjang karena tanpa rasa cinta terhadap bidang yang Anda jalani, Anda tidak akan kuat menjalani periode-periode krisis yang pasti akan muncul. Hilangkan ‘thought‘, maka Anda tidak tahu bagaimana memanfaatkan sumber daya Anda yang terbatas secara efektif, dan Anda mungkin akan kehabisan cash flow sebelum mampu menghasilkan laba yang cukup. Hilangkan ‘action‘, dan semuanya hanya indah di atas kertas.

Dari ketiga prinsip di atas, ‘meaning‘ adalah yang paling sering hilang. Banyak pengusaha yang langsung terjun pada setiap kesempatan tanpa merenungkan apakah yang mereka lakukan tersebut merupakan sesuatu yang benar-benar mereka sukai.

Tentu pada prakteknya, kita sering menghadapi hambatan untuk mencapai kondisi ideal. Dengan mengambil contoh dari kasus Anda, dengan modal sebesar itu, jelas sulit untuk memulai bisnis dalam skala menengah/besar, atau yang membutuhkan aset fisik dalam jumlah besar. Bahkan bila Anda memutuskan untuk joint venture dengan teman-teman sekalipun, bila Anda ingin tetap mempertahankan saham mayoritas, jumlah modal yang terkumpul jelas tidak akan banyak. Batasan modal tersebut membuat Anda harus lebih mempertimbangkan bidang jasa. Walau demikian, bidang jasa sebenarnya menyediakan pilihan yang sangat beragam: kerajinan tangan, kesenian, event organizer, fotografi, konsultan, catering, dlsb. Tentu saja, sebaiknya Anda memilih dari bidang-bidang tersebut mana yang paling Anda sukai.

Mengingat besarnya resiko usaha sendiri, Anda mungkin bisa memulai dulu secara parttime/freelance, tanpa melepas pekerjaan sekarang. Setelah bisnis Anda sudah mulai mantap, barulah Anda mempertimbangkan untuk terjun secara fulltime.

Dalam konteks budaya Indonesia yang masih menghargai nilai-nilai kekeluargaan, kita juga harus mengakui adanya kesempatan untuk menarik keuntungan melalui social network, misalnya melalui akses ke orang-orang penting yang bisa membantu, atau bisa juga bisnis keluarga. Selama hal itu tidak melanggar moral dan etika bisnis, pemanfaatan kesempatan tersebut bisa juga dijadikan sebagai pilihan.

Semoga pendapat tersebut bisa sedikit membantu Anda dalam membuat keputusan.

No comments: