Sunday, March 04, 2007

Rawat Gigi Sedini Mungkin

Rawat Gigi Sedini Mungkin




Jangan jadikan dokter gigi sebagai momok. Ajak putra-putri Anda merawat gigi sedini mungkin. Percayalah, gigi yang terawat sejak kecil akan terlihat sehat dan bebas masalah di usia dewasa kelak.

Rentang usia 6-12 tahun adalah masa yang "kritis" bagi kesehatan gigi anak. Maksudnya, di usia inilah setiap anak mengalami masa gigi campuran, yaitu gigi susu mulai tanggal satu-persatu, digantikan dengan gigi sulung. Di masa ini banyak sekali masalah yang timbul. Misalnya, satu gigi mau tumbuh, gigi lain berlubang. Atau salah satu gigi tumbuhnya miring, sedangkan gigi lainnya sulit menembus gusi sehingga menimbulkan pembengkakan, bahkan radang.

Di masa-masa inilah, menurut Drg. Rosa Damayanty dari Charinta Dental Clinic, anak seharusnya sudah akrab dengan dokter gigi, agar berbagai masalah dapat diatasi sejak dini. "Sejak gigi anak mulai tumbuh, sebaiknya orangtua rajin membawa anak melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi, minimal 6 bulan sekali. Bisa lebih sering jika ditemukan banyak masalah di giginya."

Ada dua tindakan yang penting dilakukan sejak gigi anak mulai tumbuh, yaitu tindakan preventif atau pencegahan, dan tindakan kuratif atau pengobatan. Tindakan pencegahan bisa berupa banyak hal. Yang paling dasar, memotivasi dan mendorong anak agar bergaya hidup bersih.

Ajari Gosok Gigi

Sejak usia 6 bulan kenalkan anak pada proses pembersihan gigi. Saat gigi susu sudah lengkap, berilah motivasi untuk menyikat gigi secara teratur. Cegah makanan yang manis-manis, dan kalau bisa di malam hari jangan minum apa pun yang manis kecuali air putih. "Orangtua harus menjelaskan pada anak, makanan apa saja yang merusak gigi, seperti yang manis dan lengket," papar Rosa.

Bagaimana mengenalkan proses menggosok gigi pada bayi? "Orang tua bisa membungkus jari kelingking dengan kain kasa, kemudian menggosokkannya pada gigi bayi. Bisa juga dengan menggunakan cotton rol," saran Rosa. Jika anak mulai besar, orangtua bisa mulai mengenalkan modifikasi sikat gigi, yang sekarang banyak jenisnya di pasaran. Misalnya sikat gigi kecil yang bisa dimasukkan ke jari. "Memang diperlukan proses yang panjang sebelum anak mengenal sikat gigi yang sesungguhnya."

Pemberian susu dalam botol di malam hari, merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Menurut Rosa, orangtua sebaiknya memilih susu formula yang tidak mengandung gula. "Kebanyakan caries (lubang pada gigi) pada anak-anak disebabkan karena minum susu di botol, tepatnya disebut nursing bottle caries."

Minum susu botol di malam hari, apalagi jika si anak sampai tertidur, bisa membuat susu menggenang di mulut. Kandungan sukrosa dan glukosa pada susu, menyebabkan asam di mulut. Ini yang harus diwaspadai karena bisa menyebabkan caries. Jika sudah memungkinkan, lebih baik anak minum susu di gelas saja, dan sesudahnya gigi harus dibersihkan," ujar Rosa menyarankan.

Jeda Waktu Makan

Lubang pada gigi yang sering disebut caries, pada anak terdiri dari dua jenis, yaitu rampan caries dan nursing bottle caries. Rampan caries adalah lubang dengan permukaan luas. Artinya semua permukaan gigi terkena caries. Hal ini bisa terjadi karena ketika masih dalam kandungan, kurang suplemen fluor atau kalsium.

Sama seperti pada orang dewasa, caries bisa terjadi karena dipengaruhi empat faktor, yaitu kondisi mulut, keberadaan mikroorganisme dalam mulut, makanan yang masuk, dan waktu. Kondisi mulut dalam keadaan tertentu mempengaruhi terjadinya caries. Sementara mikroorganisme memang dari sananya sudah ada dalam mulut, hanya saja ada yang baik dan buruk.

Soal waktu juga mempengaruhi. Maksudnya, jarak waktu antara makan yang satu dengan waktu makan yang lain, tanpa melakukan sikat gigi atau kumur. Jika terlalu dekat, kondisi mulut cenderung lebih asam. Dalam kondisi asam, bakteri gampang tumbuh. "Usai sikat gigi setelah sarapan, misalnya, jangan langsung ngemil lagi, nanti kondisi mulutnya asam lagi. Berilah waktu agar mulut pH-nya," jelas Rosa.

Jika terjadi caries, gigi anak sebaiknya ditambal. Ada orang tua yang menganggap jika gigi susu anak berlubang tidak perlu ditambal karena toh nantinya akan tanggal. Namun menurut Rosa, tanggalnya gigi susu pada anak tidak bisa dipresiksi kapan.

Cabut Gigi di Dokter

Seperti halnya perawatan gigi yang lain, pencabutan gigi juga tak bisa dilakukan sembarangan. Prinsipnya, gigi tak boleh dicabut jika belum waktunya dicabut. Sebaliknya, hindari juga gigi terlalu goyang sampai tanggal dengan sendirinya. Kondisi ini akan menyusahkan memprediksi arah gigi yang mau tumbuh.

Gigi goyang adalah tanda gigi baru sudah mulai mau muncul. Gigi lama sudah terdesak, didorong oleh gigi baru. Itulah saat yang tepat untuk mencabut gigi," terang Rosa. Itu sebabnya pencabutan gigi sebaiknya dilakukan di dokter, agar bisa dipastikan apakah waktunya sudah tepat.

Lantas, perlukan anak memakai kawat gigi? Jawabannya, perlu. Khususnya untuk gigi yang tidak rata tumbuhnya. "Perataan gigi susu sangat baik bagi pertumbuhan gigi berikutnya. Biasanya gigi susu akan tanggal secara lengkap pada usia 12 tahunan.

"Jika selama ini dokter gigi menjadi momok yang menakutkan bagi anak-anak (bahkan orang dewasa sekalipun), biasakan sedini mungkin Anda mengajak putra-putri tercinta secara rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi langganan. "Berikan pengertian, agar anak merasa pergi ke dokter gigi seperti main ke rumah teman," tandas Rosa.

Tambahan Fluor

Tindakan pencegahan yang kini cukup populer adalah pemberian suplemen fluor. Fluor bisa diberikan dalam bentuk air minum, cairan tetes, tablet, obat kumur, dan pasta gigi. Bisa juga diberikan di tempat praktek dokter berupa larutan/gel yang diaplikasikan pada gigi, yang disebut topical fluoridasi.

Suplemen fluor yang masuk ke dalam tubuh, seperti tablet, disebut sistemik. Fluor ini berguna untuk benih-benih gigi yang akan tumbuh nanti. Sementara yang diaplikasikan pada gigi, berguna pada saat itu juga. Di beberapa negara, air minum sudah diberi fluor, sedangkan di Indonesia masih belum.

Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg. Pemberian fluor ini, menurut Rosa, harus diperhatikan jangan sampai kebanyakan.

"Jika sudah diberi dalam bentuk tablet, harus diperhatikan penggunaan pasta gigi. Jangan sampai anak balita menelan pasta gigi yang mengandung fluor. Jika kebanyakan fluor di gigi akan akan timbul spot-spot putih kecil-kecil."

Selain pemberian fluor, tindakan pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah dengan menutup celah-celah pada gigi. "Gigi-gigi belakang itu, kan, bercelah. Ada lengkung-lengkung dan lereng-lerengnya. Kalau sudah menghitam, kita lapis dengan yang namanya fisure sealant," ungkap Rosa



Sumber: Nova

No comments: